Minggu, 29 Desember 2013

kesesuian lahan tanaman sawit



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

kesesuian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu (Sitorus, 1998).  Menurut Husein (1981), evaluasi lahan adalah usaha untuk mengelompokkan tanah-tanah tertentu sesuai dengan kebutuhan tanaman.  Kelas kesesuian lahan untuk suatu areal dapat berbeda tergantung dari penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan.
Selanjutnya Sitorus (1998) menyatakan bahwa evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai kegunaan dengan cara membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut.  Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.
FAO (1976) dalam Djaenuddin dkk (1994) menyatakan bahwa evaluasi lahan dapat dibedakan atas a) pendekatan dua tahap yaitu tahapan pertama berdasarkan evaluasi lahan secara fisik atau bersifat kualitatif kemudian diikuti dengan tahapan kedua berdasarkan analisis ekonomi dan sosial, b) pendekatan paralel dimana evaluasi lahan baik secara fisik maupun ekonomi dilaksanakan secara bersamaan.

Tanah
Menurut Arsyad (1985), tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu (1) sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan (2) sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar, air tanah tersimpan dan tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan.  Kedua fungsi tersebut akan habis atau hilang disebabkan kerusakan tanah.  Hilangnya fungsi pertama dapat diperbaharui dengan mengadakan pemupukan, tetapi hilangnya fungsi kedua tidak mudah diperbaharui.
Iklim
Iklim sangat berpengaruh terhadap usaha pertanian dan kadang-kadang merupakan faktor penghambat utama disamping faktor-faktor lainnya.  Iklim dapat berpengaruh terhadap tanah, tanaman dan terhadap hama dan penyakit tanaman (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Sandy (1977) menyatakan bahwa unsur-unsur iklim yang berpengaruh terhadap penggunaan tanah adalah suhu dan curah hujan.  Suhu (tenperatur) sangat ditentukan oleh perbedaan tinggi tempat, sedangkan curah hujan sangat ditentukan oleh intensitas dan distribusinya.
Topografi
Ketinggian di atas permukaan laut, panjang dan derajat kemiringan lereng, posisi bentang lahan mudah diukur dan dinilai sangat penting dalam evaluasi lahan.  Faktor-faktor topografi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kualitas tanah.  Faktor ini berpengaruh berpengaruh terhadap kemungkinan bahaya erosi atau mudah tidaknya diusahakan demikian pula didalam program mekanisme pertanian (Sitorus, 1989).
Vegetasi
Salah satu unsur lahan yang dapat berkembang secara alami atau sebagai hasil dari aktifitas manusia adalah vegetasi baik pada masa lalu atau masa kini.  Vegetasi dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui potensi lahan atau kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu melalui adanya tanaman-tanaman sebagai indikator (Sitorus, 1989).
Sosial Ekonomi
Menurut Sitorus (1989), ada 3 masalah utama dalam menggunakan data sosial ekonomi utnuk evaluasi lahan yaitu : (1) pengevaluasian mungkin tidak mengetahui secara tepat nomenklatur dan konsep ekonomi, (2) data ekonomi yang tersedia pada umumnya didasarkan atas kerangka yang berbeda dari informasi-informasi lainnya, (3) faktor-faktor ekonomi yang selalu berubah-ubah.  Dengan alasan-alasan di atas sebagian besar sistem evaluasi lahan mencoba menghindari pertimbangan faktor sosial dalam pengevaluasian lahan.







1.2. Tujuan

Adapun tujuandari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui kesesuan lahan pada tanaman kelapa sawit








































BAB I
PENJELASAN

2.1. Kesesuaian lahan tanaman Kelapa Sawit

a.      Ketinggian Tempat
Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketimggian tempat 1000 meter diatas permukaan laut (dpl). Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketinggian 400m dpl.
b. Topografi
Kelapa sawit sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-12o atau 21%. Lahan yang kemiringannya 13o-25o masih bisa ditanami kelapa sawit, twtapi petumbuhannya kurang baik. Untuk lahan yang kemiringannya lebih dari 25o sebaiknya tidak dipilih karena menyulitkan dalam pengangkutan buah saat panen dan beresiko terjadi erosi.
c. Drainase
Tanah yang sering mengalami genanganair umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek dapat menghambat kelancaran penyerapan unsure hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsure nitrogen (N). karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang.
d. Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti tanah podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan alluvial. Tanah gambut juga dapat di tanami kelapa sawit asalkan ketebalan gambutnya tidak lebih dari satu metter dan sudah tua (saphrik). Sifat tanah yang perlu di perhatikan untuk budi daya kelapa sawit adalah sebagai berikut
1. Sifat Fisik Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik di tanah yang bertekstur lempung berpasir, tanah liat berat, tanah gambut memiliki ketebalan tanah lebih dari 75 cm; dan berstruktur kuat.
2 . Sifat Kimia Tanah
Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsure hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsure hara yang tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi dengan asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber pH optimum 5,0-5,5.
Keadaan Iklim
Keadaan iklim sangat mempengaruhi proses fisiologio tanaman, seperti proses asimilasi, pembentukan bunga, dan pembuahan. Sinar matahari dan hujjan dapat menstimulasi pembentukan bunga kelapa sawit.
Jumlah curah hujan dan lamanya penyinaran matahari memiliki korelasi dengan fluktuasi produksi kelapa sawit. Curah hujan ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah 2.000-2.500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari. Temperature sebaiknya 22-23o. keasaan angina tidak terlalu berpengaruh karenaan kelapa sawit lebih tahan terhadap angina kencang di bandingkan tanaman lainnya.
Bulan kering yang tegas dan berturut turut selama beberapa bulan bisa mempengaruhi pembentukan bunga (baik jantan maupun seks rasionya) untuk 2 tahun berikutnya
2.2. Tabel Keseuaan Lahan Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACK.)
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian lahan
S1
S2
S3
N
Temperatur (tc)




  Temperatur rerata (°C)
25 - 28
22 - 25
20 - 22
< 20


28 - 32
32 - 35
> 35
Ketersediaan air (wa)




  Curah hujan (mm)
1.700 - 2.500
1.450 - 1.700
1.250 - 1.450
< 1.250


2.500 - 3.500
3.500 - 4.000
> 4.000
  Lama bulan kering (bln)
< 2
2 - 3
3 - 4
> 4
Ketersediaan oksigen (oa)




  Drainase
baik, sedang
agak terhambat
terhambat,
agak cepat
sangat terhambat, cepat
Media perakaran (rc)




  Tekstur
halus, agak halus, sedang
-
agak kasar
kasar
  Bahan kasar (%)
< 15
15 - 35
35 - 55
> 55
  Kedalaman tanah (cm)
> 100
75 - 100
50 - 75
< 50
Gambut:




  Ketebalan (cm)
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
  Ketebalan (cm), jika ada
  sisipan bahan mineral/
  pengkayaan
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
  Kematangan
saprik+
saprik,
hemik,
fibrik


hemik+
fibrik+

Retensi hara (nr)




  KTK liat (cmol)
> 16
≤ 16
-
-
  Kejenuhan basa (%)
> 20
≤ 20


  pH H2O
5,0 - 6,5
4,2 - 5,0
< 4,2



6,5 - 7,0
> 7,0

  C-organik (%)
> 0,8
≤ 0,8


Toksisitas (xc)




  Salinitas (dS/m)
< 2
2 - 3
3 - 4
> 4
Sodisitas (xn)




  Alkalinitas/ESP (%)
-
-
-
-
Bahaya sulfidik (xs)




  Kedalaman sulfidik (cm)
> 125
100 - 125
60 - 100
< 60
Bahaya erosi (eh)




  Lereng (%)
< 8
8 - 16
16 - 30
> 30
  Bahaya erosi
sangat rendah
rendah - sedang
berat
sangat berat
Bahaya banjir (fh)




  Genangan
F0
F1
F2
> F2
Penyiapan lahan (lp)




  Batuan di permukaan (%)
< 5
5 - 15
15 - 40
> 40
  Singkapan batuan (%)
< 5
5 - 15
15 - 25
> 25











BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pohon kelapa sawit akan tumbuh subur di wilayah tropis yang panas sepanjang tahun dengan suhu optimal antara 28 hingga 32 derajat celcius.
Apabila suhu turun dibawah 25 derajat celcius, jumlah pelepah sawit akan berkurang dan seringkali mudah terserang penyakit, sehingga berakibat pada turunnya produktifitas.
Suhu yang panas membuat pertumbuhan pelepah daun yang cukup dan pada akhirnya akan menghasilkan TBS yang banyak.
Ketinggian tempat yang ideal antara 1 500 m dpl.
Kecepatan angin 5‐6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
·      Kelapa sawit memerlukan Penyinaran Matahari yang lama
Memperoleh penyinaran matahari 5 – 7  jam per hari, proses photosintesa akan kuat terjadi dan kemampuan menyerap air serta nutrisi dalam tanah menjadi lebih sempurna.
Daun akan tumbuh lebih besar besar, buah akan menjadi cepat matang dan kandungan minyak pada buah akan lebih banyak.
·      Kelapa sawit perlu air yang banyak
Apabila curah hujan dibawah 1500 mm per tahun dan jumlah bulan keringnya lebih dari 5 bulan dalam setahun, pelepah daun tidak akan tumbuh dengan sempurna. Kebutuhan air untuk setiap pohon adalah sepetanir 200 liter per hari.
Jika jumlah pelepah kurang, jika jumlah pembungaan kurang, jumlah buah juga akan kurang, maka produktifitas tanaman akan sangat rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarko,Ir, Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit,Jakarta: PT AgroMedia Pustaka,2007



Tidak ada komentar:

Posting Komentar