BAB I
PENDAHULUAN
1 .1. Latar belakang
Indonesia memiliki flora yang
sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan
sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama.
Dewasa ini penelitian tentang famili tumbuhan yang berpotensi sebagai
insektisida nabati dari penjuru dunia telah banyak dilaporkan. Lebih dari 1500
jenis tumbuhan telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga
(Grainge dan Ahmed, 1987).
Laporan dari berbagai propinsi di
Indonesia menyebutkan lebih 40 jenis tumbuhan berpotensi sebagai pestisida
nabati (Direktorat BPTP dan Ditjenbun, 1994). Hamid dan Nuryani (1992),
mencatat di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Namun hal
ini tidak menutup kemungkinan untuk ditemukannya famili tumbuhan yang baru.
Didasari oleh banyaknya jenis tumbuhan yang memiliki khasiat insektisida maka
penggalian potensi tanaman sebagai sumber insektisida nabati sebagai alternatif
pengendalian hama tanaman cukup tepat.
Pestisida nabati adalah bahan aktif
tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pestisida nabati ini dapat
berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan
bentuk lainnya (Novizan, 2002)
Insektisida nabati memiliki
kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Di alam,
insektisida nabati memiliki sifat yang tidak stabil sehingga memungkinkan dapat
didegradasi secara alami (Arnason et al., 1993).
Selain dampak negatif yang
ditimbulkan pestisida sintetik seperti resistensi, resurgensi dan terbunuhnya
jasad bukan sasaran ,dewasa ini harga pestisida sintetik relatif mahal. Di sisi
lain ketergantungan petani akan penggunaan insektisida cukup tinggi (Metcalf, .
1986).
1.2. Tujuan Praktikum
Mahasiswa
Mengetahui Tentang Organisme Pengganggu Tanaman Pada Tanaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ganguan
merupakan suatu proses interaksi anatara berbagai factor yang mempengaruhi.
Hasil proses interaksi tersebut dapat dilihat dengan adanya kerusakan pada
tanaman, Karena tanaman yang terganggu oleh pengganggu tertentu sering
menunjukkan kerusakan akan tertentu pula. Beberapa jenis hama tidak hanya
memakan bagian tubuh tanaman tetapi juga mengeluarkan substansi tertentu yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis hama yang lain akan
meninggalkan bebas aktivitas yang khas (Triharso,2004).
Banyak macam
patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi
penting. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen
tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai
berpuluh-puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu
dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai
macam organ tanaman. Sebagai akibat dari reaksi tersebut maka suatu kerusakan
tertentu akan tampak pada tanaman. Perkembangan selanjutnya, bagian pathogen
atau pathogen itu sendiri dapat menampakkan diri pada permukaan tanaman inang
yang abnormal. Abnormalitas atau perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh
tanaman sakit sebagai akibat adanya serangan agensia penyakit-penyakit
(pathogen) tersebut disebut gejala, sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh
selain reaksi tanaman inang disebut tanda. Contoh tanda penyakit misalnya
miselium jamur, spora atau konidi jamur, badan buah jamur, mildew, sklerosium,
koloni baketri yang berupa lendir, dan sejenisnya (Wagiman,2007).
Parasit yang
menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya membentuk bagian vegetatifnya di
dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi walaupun
demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan tanaman yang
diserangnya atau hanya sebagian tampak pada permukaan tersebut. Selan itu
sering pula pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada permukaan tanaman.
Pada beberapa kasus hampir seluruh bagian dari parasit termasuk, propagul vegetatif dan generatif terdapat pada bagian luar tanaman sehingga dapat dilihat (Anonim,2011).
Pada beberapa kasus hampir seluruh bagian dari parasit termasuk, propagul vegetatif dan generatif terdapat pada bagian luar tanaman sehingga dapat dilihat (Anonim,2011).
BAB
III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan tempat praktkum
Praktikum ini
dilaksankan pada hari Selasa ,pada
tanggal 21 Januari, 2013, pukul 06.00-16-00 WIB , bertempat di PT .tri bakti
sarimas (TBS ) Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi .
3.2. Alat dan bahan praktikum
· Bahan praktikum
a)
Nama Organisme
b)
Gejala Serangan Dan Pengendalian
c)
Keterangan .
· Alat praktikum :
alat tulis menulis
C.
Langkah Kerja
1.
Di siapkan bagian tanaman yang terserang oleh pathogen.
2.
Di gambar dan di jelaskan bagian tanaman yang terserang penyakit tersebut.
3.
Di berikan keterangan tentang gejala yang di amati dan pathogen penyebabnya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1. HAMA,PENYAKIT DAN GULMA PADA TANAMAN KAKAO
HAMA PADA TANAMAN KELAPA KAKAO
1. Penggerek Buah Kakao (PBK
atau Pod Borer)
Gambar 1 (larva dan imago):
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gracillariidae
Genus : Conopomorpha
Spesies : Conopomorpha cramerella Snell
Bioekologi :
Serangga dewasa
hama PBK berupa ngengat (moth) yang berukuran kecil (panjangnya saat
beristirahat sekitar 7 mm). Ngengat memiliki warna dasar cokelat dengan warna
putih berpola zig-zag di sepanjang sayap depan, serta berakhir pada spot
berwarna kuning oranye berpola batik di ujung sayap. Ukuran antena lebih
panjang daripada sayap da tubuh ngengat, serta mengarah kebelakang.
Ngengat aktif terbang, kawin dan meletakkan telur pada malam hari,yaitu sejak
pukul 18.00 – 07.00 keesokan harinya. Pada siang hari, ngengat bersembunyi di
tempat yang terlindung dari sinar matahari, yaitu di bagian bawah cabang
horisontal dengan diameter 0-5 cm dan lebih dari 20 cm.
Gejala dan kerugian
yang ditimbulkan :
Penggerek buah
kakao (PBK) umumnya menyerang buah kakao yang masih muda dengan panjang sekitar
8 cm. Stadium yang menimbulkan kerusakan adalah stadium larva. Larva PBK
memakan daging buah dan saluran makanan yang menuju biji, tetapi tidak
menyerang biji. Gejala serangan baru tampak dari luar saat buah ,masak berupa
kulit buah berwarna pudar dan timbul belang berwarna kuning hijau atau kuning
jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva serta jika dikocok tidak
berbunyi , jika
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
1. Daerah Bebas PBK
Daerah yang masih
bebas dari serangan PBK disarankan melakukan pencegahan dengan melaksanakan
karantina dan monitoring PBK. Sebagai strategi penanggulangan hama PBK secara
nasional, pelaksanaan karantina sebaiknya memenuhi standar peraturan domestik
dan internasional. Tindakan karantina tersebut antara lain tidak
memasukkan bahan tanaman kakao dari daerah terserang, membatasi lalu lintas
manusia dan kendaraan dari dan daerah terserang PBK, tidak mengizinkan masuknya
kendaraan atau bahan-bahan yang dapat dihinggapi oeh PBK dari daerah terserang
PBk, serta memeriksa ada tidaknya PBK di kendaraan atau manusia yang memasuki
kebun.
2.
Kepik Penghisap Buah
Gambar 2 (imago):
Ordo : Hemiptera
Famili : Miridae
Genus : Helopeltis
Spesies : Helopeltis sp.
Bioekologi :
Tiga faktor kehidupan yang
menentukan serangan Helopeltis sp.
yaitu cahaya matahari, kelembaban, dan arus angin di bawah tajuk. Helopeltis sp menyenangi lingkungan
lembab, tetapi hama ini tidak tahan angin yang kuat. Cahaya matahari langsung
selalu dihindarinya dan serangan hama ini menyenangi tempat-tempat terlindung
pada areal kakao.
Gejala
Serangan pada buah muda dapat menyebabkan buah kering dan mati. Bercak pada
buah yang terserang berat akan menyatuk, sehingga jika buah dapat berkembang
terus, permukaan kulit buah menjadi retak dan terjadi perubahan bentuk (malformasi)
yang dapat menghambat perkembangan biji di dalam buah.
Pengendalian dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
a.
Pemanfaatan musuh alami berupa semut hitam.
b.
Pemanfaatan ekstrak limbah tembakau.
c.
Dengan memanfaatkan musuh alami dari kepik penghisap buah
kakao ini.
3. Penggerek Batang atau Cabang (Red Branch Borer)
Gambar 3 (larva) dan 4 (imago):
Ordo : Lepidoptera
Famili : Cossidae
Genus : Zeuzera
Spesies : Zeuzera coffeae
Bioekologi :
Kupu-kupu berukuran panjang 4 cm dan lebar 2,5 cm dengan warna dominan merah. Telur
diletakkan pada celah kulit kayu. Telur berwarna kuning ungu dan bila hendak
menetas berubah warna menjadi kuning kehitaman. Penyebarannya dibantu oleh
parasut yang dibuat sendiri. Siklus hidupnya 4-5 minggu.
Gejala dan kerugian yang
ditimbulkan :
Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Memotong cabang terserang sepanjang 30 cm dari lubang
tempat masuknya. Cabang dikumpul lalu dibakar.
b. Dengan mengintroduksi musuh alami dari hama ini, misalnya dengan
menggunakan cendawan Beauveria bassiana, atau agen hayati lain.
4.
Ulat Api
Gambar
5 (larva) :
Ordo : Lepidoptera
Famili : Limacodidae
Genus : Darna
Spesies : Darna
trima
Bioekologi :
Pada
waktu menetas, larva berwarna abu-abu dengan dua bercak berwarna jingga di
kepala yang kemudian akan berubah warna menjadi kuning dengan garis berwarna
coklat. Telur diletakkan di permukaan bawah daun, berwarna transparan,
jumlahnya mencapai 40-90 butir.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Meningkatkan sanitasi di
bawah pohon kakao.
b.
Pengendalian dengan cara
hayati merupakan cara yang amat penting, dan akan berjalan sendiri jika musuh
alami tersedia dan dilestarikan. Jika menggunakan lamtoro sebagai tanaman
pelindung, lakukan pemangkasan ranting-ranting lamtoro pada waktu ulat masih
kecil, kemudian dimusnahkan.
5.
Ulat Jengkal/Ulat Kilan
Gambar 6 (larva) dan
7 (imago) :
Ordo : Lepidoptera
Famili : Geomitridae
Genus : Hyposidra
Spesies : Hyposidra talaca
Bioekologi :
Daur hidup ualt kilan sangat
bergantung pada makanan dan iklim setempat. Daur hidupnya 2,5-3,5 bulan.
Betinanya dapat meletakkan telur sampai 320 butir dan meletakkan telur
berkelompok pada daun, lekukan buah kakao yang mongering. Lama Stadium telur 5-6 hari. Menjelang
menetas telur mengalami perubahan warna dari hijau kebiruan menjadi kehitaman. Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :
Pengendalian hama
Pengendalian dilakukan dengan sanitasi kebun, mekanis
(ulat dan kepompong dimusnahkan), dan menggunakan pestisida nabati (jika memang
diperlukan). Pengendalian dengan cara hayati merupakan cara yang amat penting,
dan akan berjalan sendiri jika musuh alami
tersedia dan dilestarikan (lihat halaman 30-57). Jika menggunakan
lamtoro sebagai tanaman pelindung, lakukan pemangkasan ranting ranting lamtoro
pada waktu ulat masih kecil, kemudian dimusnahkan.
6.
Apogonia sp.
Gambar
8 (imago) :
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabaeidae
Genus : Apogonia
Spesies : Apogonia
sp.
Bioekologi :
Telur Apogonia sp. berbentuk lonjong dengan ukuran 1-1,3
mm menjelang menetas. Betina Apogonia sp. mampu
menghasilkan telur sebanyak 40 butir, yang diletakkan di bawah serasah atau
permukaan tanah sedalam 2,5-5 cm. Pupa Apogonia sp. panjangnya 15 mm. Periode larva
67-77 hari. Serangga dewasa menyerang tanaman kakao muda dengan naik ke bagian
daun pada malam hari. Larvanya dapat merusak akar.
Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :
Serangannya berlangsung pada malam hari. Apogonia sp. merusak daun kakao muda sehingga kelangsungan
fotosintesis terhambat. Apogonia sp.
menggerek mulai dari bagian pinggir daun. Tingkat serangan Apogonia sp. tampaknya berhubungan dengan kerapatan pohon
pelindung. Pada areal yang penanaman pohon pelindungnya sangat intensif,
tingkat serangan Apogonia sp. tinggi.
Tingkat serangan juga dipengaruhi oleh keadaan gulma di areal pertanaman kakao.
Pengendalian
dilakukan dengan cara mekanis dan sanitasi kebun.
7.
Tikus (Rat)
Gambar 9 :
Ordo : Rodintia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus argentiventer Rob. & Kloss
Bioekologi :
Tikus berumur 1,5 bulan dapat berkembang biak dan
menghasilkan anak 8-12 ekor dengan masa kehamilan 21 hari. Setelah 3 minggu,
anak tikus memisahkan diri dari induknya dan mencari makanan sendiri.Seekor
tikus dapat melahirkan 4 kali setahun.
Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :
Buah kakao yang terserang akan berlubang dan akan rusak atau busuk karena
kemasukan air hujan dan serangan bakteri atau jamur.
Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Melepas musuh alami seperti ular
dan burung hantu untuk mengurangi jumlah hama ini.
PENYAKIT YANG MENYERANG TANAMAN KAKAO
1.
Penyakit Busuk Buah (Phytophthora palmivora)
Gambar 11 :
Ordo : Pythiales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Spesies : Phytophthora palmivora
Bioekologi :
Jamur ini mengadakan
infeksi pada buah dapat bersumber dari tanah, batang yang sakit kanker batang,
buah yang sakit, dan tumbuhan inang lainnya. P. palmivora terutama dapat bertahan dalam tanah. Dari sini jamur
dapat terbawa oleh percikan-percikan air hujan ke buah-buah yang dekat tanah.
Setelah mengadakan infeksi, dalam beberapa hari jamur pada buah bisa sudah
dapat menghasilkan banyak sporangium. Sporangium ini dapat terbawa oleh
percikan air,
Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :
Buah kakao yang terserang berbercak coklat
kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah dengan cepat menyebar
ke seluruh buah. Buah menjadi busuk dalam waktu 14-22 hari. Pada permukaan buah
yang sakit tadi timbul lapisan yang berwarna putih bertepung. Jamur juga masuk ke
dalam buah dan menyebabkan busuknya biji-biji. Tetapi kalau penyakit timbul
pada buah yang hampir masak, biji-biji masih bisa dipungut dan
dimanfaatkan.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Mengurangi kelembapan kebun,
misalnya dengan memperbaiki drainase, memangkas tanaman kakao dan pohon
pelindung dengan teratur, dan mengendalikan gulma.
b. Mempertahankan serasah sebagai
mulsa di sekitar pangkal batang.
c.
Memanen buah yang masak
secara teratur sambil membersihkan buah-buah yang sakit. Buah yang sakit
beserta dengan kulit buah (cangkang) dipendam cukup dalam sehingga paling
sedikit tertutup tanah setebal 10 cm.
d.
Buah diselubungi dengan
plastic untuk mengendalikan busuk buah dan penggerek buah kakao.
e.
Selama musim penghujan
buah-buah disemprot dengan fungisida.
2.
Kanker Batang
Gambar :
Ordo : Pythiales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Spesies : Phytophthora palmivora
Bioekologi :
Jamur ini mengadakan
infeksi pada buah dapat bersumber dari tanah, batang yang sakit kanker batang,
buah yang sakit, dan tumbuhan inang lainnya. P. palmivora terutama dapat bertahan dalam tanah. Dari sini jamur
dapat terbawa oleh percikan-percikan air hujan ke buah-buah yang dekat tanah.
Setelah mengadakan infeksi, dalam beberapa hari jamur pada buah bisa sudah
dapat menghasilkan banyak sporangium. Sporangium ini dapat terbawa oleh
percikan air, atau oleh angin,
Gejala dan kerugian yang
ditimbulkan :
Yang dimaksud dengan kanker
dalam ilmu penyakit tumbuhan adalah luka yang berbatas jelas pada kulit, dikelilingi
oleh jaringan kalus, yang seringkali terbuka sehingga kayu tampak dari luar.
Pada penyakit kanker batang
kakao pada batang atau cabang yang besar terdapat tempat yang warnanya lebih
gelap dan agak mengendap. Pada tanaman yang sangat rentan tempat ini sering
mengeluarkan cairan kemerahan, yang setelah mongering tampak seperti lapisan
karat pada permukaan kulit. Gejala ini sukar terlihat karena tertutup oleh
lapisan luar kulit, lebih-lebih kalau permukaan batang tertutup oleh lumut atau
lumut kerak. Kalau lapisan kulit luar dikorek, tampak bahwa lapisan kulit
bagian dalam berwarna merah kecoklatan. Bercak ini dapat meluas dengan cepat
sehingga banyak kulit produktif yang rusak.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Buah-buah yang bergejala
busuk buah harus segera dipetik dan dipendam karena busuk buah berkaitan dengan
timbulnya kanker batang.
b.
Perlu diusahakan agar infeksi
pada kulit dapat segera diketahui. Pada bagian yang sakit kulit luar (kerak)
dikorek, sehingga kulit dalam terlihat.
c.
Pemeliharaan kebun yang
dilakukan sebaik-baiknya akan meningkatkan ketahanan pohon-pohon. Lebih-lebih
kalau usaha ini disertai dengan pembersihan buah-buah sakit dengan daur yang
pendek, misalnya seminggu sekali.
Vascular Streak Dieback (VSD)
Gambar :
Ordo : Uredinales
Kelas :
Basidiomycetes
Genus : Oncobasidium
Spesies : Oncobasidium theobromae
Bioekologi :
O. theobromae adalah jamur yang
sangat unik, merupakan satu-satunya jenis Basidiomycotina yang menginfeksi
xylem, dipencarkan oleh angin, menginfeksi daun. Sifatnya mendekati sifat jamur
yang biotrofik. O. theobromae membentuk
Basidiospora yang hanya pada waktu malam, dan disebarkan oleh angin. Dengan
cara ini jamur tidak dapat tersebar jauh, karena kelembapan tinggi pada umumnya
hanya terjadi bila udara tenang. Untuk pembentukan Basidiospora tubuh buah
jamur harus basah diwaktu malam. Adanya hujan malam yang diikuti dengan embun
akan membantu penyebaran penyakit.
Gejala dan kerugian yang
ditimbulkan :
Satu atau dua daun pada flush
kedua atau ketiga di belakang titik tumbuh menguning secara khas. Pada daun ini
terjadi bercak-bercak hijau kecil yang berbatas tegas, yang tersebar pada latar
belakang kuning. Daun yang sakit akan gugur beberapa hari setelah menguning.
Pada ranting yang bersangkutan terjadi gejala ompong, satu atau dua daun gugur,
sedangkan beberapa daun di sebelah bawah dan atasnya masih lengkap.
Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Penanaman kultivar yang tahan terhadap penyakit ini.
b. Melakukan pemangkasan untuk menghilangkan ranting atau cabang yang
sakit yang mengandung jamur (sanitasi) dan untuk mengurangi kelembapan kebun.
c. Pembibitan dibuat jauh dari kebun yang berpenyakit agar pembibitan
menghasilkan bibit yang sehat.
3.
Jamur Upas
Gambar :
Ordo : Stereales
Famili : Corticiaceae
Genus : Corticium
Spesies : Corticium salmonicolor
Bioekologi :
Jamur upas dipencarkan oleh Basidiospora yang
terbawa oleh angin. Basidiospora tidak dapat terangkut jauh dengan tetap hidup
karena mempunyai dinding tipis dan hanya terbentuk bila udara lembap (udara
yang lembap hanya terjadi kalau udara tenang).
Gejala dan kerugian yang
ditimbulkan :
Infeksi jamur ini pertama
kali terjadi pada sisi bagian bawah cabang ataupun ranting. Apabila menyerang
ranting dan cabang kecil umumnya tidak menimbulkan kerugian yang berarti,
karena dengan memotong ranting/cabang kecil yang terserang cukup untuk
mengendalikan jamur ini dan tumbuhnya bunga pada ranting dan cabang kecil tidak
kita harapkan.
Serangan dimulai dengan adanya benang-benang jamur
tipis seperti sutera, berbentuk
sarang laba-laba. Pada fase
ini jamur belum masuk ke dalam jaringan kulit. Pada bagian ujung dari
cabang yang sakit, tampak daun-daun layu
dan banyak yang tetap melekat pada cabang, meskipun sudah kering.
Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara mekanis, yaitu memotong cabang/ranting sakit sampai 15 cm
pada bagian yang masih sehat; membersihkan /mengeruk benang-benang jamur pada
gejala awal dari cabang yang sakit, kemudian diolesi dengan fungisida. Cara
kedua adalah dengan kultur teknis, yaitu pemangkasan pohon pelindung untuk
mengurangi kelembaban kebun sehingga sinar matahari dapat masuk ke areal
pertanaman kakao.
4.
Penyakit Antraknose
Gambar :
Ordo : Melanconiales
Famili : Melanconiacea
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum
gloeosporioides
Bioekologi :
Penyakit ini tersebar melalui
spora yang terbawa angin ataupun percikan air hujan. Penyakit cepat berkembang
terutama pada musim hjan dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi.
Gejala dan kerugian yang ditimbulkan
:
Pada daun muda nampak
bintik-bintik coklat tidak beraturan dan dapat menyebabkan gugur daun. Ranting
gundul berbentuk seperti sapu dan mati. Pada buah muda nampak bintik-bintik
coklat yang berkembang menjadi bercak coklat berlekuk (antraknose). Buah muda yang terserang menjadi layu,
kering, dan mengeriput. Serangan pada buah tua akan menyebabkan gejala busuk
kering pada ujungnya.
Pengendalian penyakit
dilakukan dengan memangkas cabang & ranting yang terinfeksi, mengambil
buah-buah yang sakit dikumpulkan dan ditanam atau dibakar. Melakukan pemupukan (N,P,K) satu setengah kali dosis anjuran. Pengaturan
naungan sehingga tajuk pohon kakao tidak terkena sinar matahari langsung dan
perbaikan drainase tanah untuk menghindari genangan air di dalam kebun.
GULMA PADA TANAMAN KAKAO
Teki Ladang
Teki ladang atau Cyperus
rotundus adalah gulma
pertanian
yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki",
biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang
berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang
sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang
mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman
olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila
tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi
kekeringan.
Gejala
Gejala yang di
timbulkan oleh Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap
pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah
yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis
C4 yang menjadikannya
sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya
adalah penampang lintang batang berbentuk segitiga membulat, dan tidak berongga,
memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik
tumbuh tersembunyi. Kelompok ini gila sekali
Pengendalian
Pengendalian
denghan cara penyemprotan pektisida.
Pakis
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan)
adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta,
memiliki pembuluh kayu dan pembuluh
tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi
seksualnya. Alih-alih
biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya,
sama seperti lumut dan fungi.
Gejala
Gejala yang di
timbulkan oleh pakis spesifiknya tidak terlihat. Hanay sekedar gulma pegganggu
dan tidak merugikan
Pengendalian
Pengendalian gulma
pakis ini dengan cara pengikisan dan pembersihan pada saat pemanenan yang
dilakukan oleh pekerja.
ilalang
Pokok Lalang merupakan sejenis tumbuhan
yang terdapat di hutan
Malaysia.
Pokok ini juga terdapat di negara-negara tropika dan kawasan serdahana lain
termasuk ASEAN.
Nama botani pokok Keladan adalah Imperata cylindrica.Lalang
dianggap salah satu rumpai.
gejala
gejala yang tanpak
pada ilalang ini adalah tertutupnya tanaman yg kita tanam dan terhambatnya
perkembangan akar tanaman dan bisa mendatangkan hama lain .
Pengendalian
Pengendalian
ilalang ini adalah dengan di tebasa dan di beri pektisida dan penebasan di
lakukan dengan secara menyeluruh,
4.2. HAMA,PENYAKIT DAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA
HEBRIDA
HAMA KELAPA HEBRIDA
Hama Perusak Pucuk
1.
Kumbang sagu (Rhynchophorus ferruginous)
Ciri: imago, berbentuk kumbang dengan masa
perkembangan 11-18 hari. Ciri khas nya adalah tinggal di kokon sampai keras.
Gejala: merusak akar tanaman muda, batang dan tajuk, pada tanaman dewasa
merusak tajuk, gerekan pada pucuk menyebabkan patah pucuk, liang gerekan keluar
lendir berwarna merah coklat. Pengendalian: (1) hindari perlukaan, bila luka
dilumuri ter; (2) potong dan bakar tanaman yang terserang; (3) sanitasi kebun;
(4) secara kemis dengan insektisida Thiodan 35 EC 2-3 cc/liter larutan, Basudin
10 G dan sevin 85 SP pada luka dan diperkirakan ada serangan Kumbang sagu;
Hama Perusak Daun
1.
Parasa lepida
Ciri: kupu-kupu berentang sayap 32-38 mm berwarna
kuning emas muda, masa pertumbuhan ± 375 hari. Gejala: memakan anak-anak daun
sebelah bawah setempat-setempat, tetapi tidak sampai tembus, meninggalkan bekas
ketaman/gigitan yang melebar sehingga tinggal urat-uratnya serta jaringan daun
atas, ulat yang tua merusak daun dari pinggir ke tengah sampai lidinya,
2.
Darna sp
Ciri: imago berbentuk kupu-kupu dengan rentang
sayap 14-20 mm. Masa pertumbuhan 30-90 hari. Gejala: (1) pada musim kering,
Meninggalkan bekas gigitan tidak teratur pada daun tua, pelepah daun terbawah
terkulai; (2) daun-daun yang rusak hebat menjadi merah-sauh, kecuali pucuknya
dan beberapa daun yang termuda; (3) tandan-tandan buah dan daun sebelah bawah
terkulai bagaikan layu terutama kalau kering dan akhirnya bergantung kebawah di
sisi batangnya. (4) buahnya gugur; (5) daun-daun mudak duduk seperti biasa,
tetapi kadang-kadang mulai merah sauh. Hanya pucuknya dan daun-daun yang masih
muda sekali yang utuh. Pengendalian: (1) mengadakan pronggolan daun dan
kemudian membakarnya; (2) menggunakan parasit musuhnya yaitu parasit kepompong
Chaetexorista javana, Ptycnomyaremota, Musca conducens; atau tabuhan-tabuhan
parasit Chrysis dan Syntomosphyrum; (3) menyuntikkan pestisida Ambush 2 EC 2-3
cc/liter air atau penyemprotan pada stadium larva. Atau insektisida Agrothion
50 EC dengan konsentrasi 0,2-0.4%, Basudin 60 EC dengan konsentrasi 0,3%.
Hama Perusak Bunga
1.
Ulat Tirathaba
Ciri: ulat berwarna coklat kotor bergaris
memanjang pada punggungnya, berukuran 22 mm. Masa keperidiannya 12-31 hari.
Gejala: (1) bunga jantan berlubang-lubang lebih banyak dari bunga betina; (2)
buah yang baru kadang berlubang-lubang; (3) banyak tahi ulat; (4) bunga-bunga
jantan gugur dankotoran-kotoran lain melekat menjadi satu bergumpal-gumpal
kecil; (5) bongkol bunga penuh kotaoran dan berbau busuk. Pengendalian: (1)
mengumpulakn bunga-bunga yang terserang dan membakarnya; (2) pemotongan mayang
dan membakarnya; (3) membersihan pangkal daun kelapa dari pupa dan larva; (
Hama Perusak Buah
1.
Tikus pohon, Rattus rattus roque
Ciri: hidup di tanah, pematang sawah, atau dalam
rumah. Gejala: (1) buah kelapa berlubang dekat tampuknya.; (2) lubang pada
sabut dan tempurung sama besarnya. Bentuk tidak rata kadang bulat, kadang melebar.
Pengendalian: (1) memburu tikus, memasang perangkap atau umpan-umpan beracun;
(2) sanitasi mahkota daun kelapa agar tidak menjadi sarang tikus.
2.
Tupai/ bajing, Callosciurus notatus dan C. Nigrovitatus
Gejala: (1) menggerek buah kelapa yang sudah agak
tua di bagian ujung buah; (2) lubang gerakan pada bagian tempurung bulat, tapi
bagian serabut tidak rata; (3) isi buah habis dimakan 2-3 hari; (4) seekor
bajing merusak 1-2 buah dalam 1 bulan. Pengendalian: sama dengan pemberantasan
tikus.
. Hama Perusak Bibit
1.
Anai-anai randu, Coptotermes curvignatus.
Ciri: imago berwarna coklat-hitam (laron,
kalekatu, siraru). Gejala: (1) anai-anai menyerang bibit dengan merusak sabut
dari buah atau benih yang disemai. Serangan terjadi pada lahan lateris yang
bertekstur pasir berlempung yang sarang; (2) bibit layu pucuknya kemudian mati.
Pohon kelapa muda kadang-kadang pula mati pucuknya kemudian binasa. Pada batang
sering nampak lorong anai-anai yang dibuat dari tanah, dari bawah menuju ke
atas. Pengendalian:
2.
Kumbang bibit kelapa (Plesispa reichei Chap)
Ciri: imago berbentuk kumbang dengan masa
keperidian 90 hari. Gejala: (1) daun bibit atau daun kelapa muda yang berumur
1-4 tahun mula-mula bergaris-garis yaitu bekas dimakan kumbang. Garis-garis
bersatu menjadi lebar. Tempat-tempat tersebut membusuk atau kering; (2) daun
kelapa dapat menjadi kering atau sobek-sobek seperti terkena angin kencang; (3)
serangan yang hebat dapat mematikan bibit atau tanaman muda. Pengendalian: (1)
pengambilan terhadap setiap stadium dengan tangan; (2) disemprot dengan Diacin
60 EC dengan dosis 1,5-2 cc/liter air; (3) berikan Furadan 3 G di polybag 2-5
gram per bibit; (4) cara biologis dengan parasit telur Oencyrtus corbetti dan
Haeckliana brontispae atau tabuhan parasit larva dan kepompong Tetrastichodes
plesispae.
3.
Belalang bibit kelapa, Valanga transiens
Ciri: imago berwarna merah-sauh bersemu kuning.
Kakinya kekuning-kuningan. Pada kaki belakang nampak 2 bercak hitam. Pada syap
belakang, ayaitu yabng cerah tidak ada warna merah pada pangkalnya. Panjang
belalang jantan 37-50 mm, sedang betina 55-60 mm. Gejala: (1) gigitan yang
tidak beraturan pada daun kelapa bibit yang berada dibawah 1 tahun dan yang
belum terbelah; (2) untuk bibit yang daunya telah membuka tidak terlalu
menderita oleh serangan ini. Pengendalian: dengan menyemprotkan basudin 60 EC
atau Dimecron 50 EC.
. Penyakit Menyerang Bibit
1.
Penyakit bercak daun (Gray leaf spot); penyebab cendawan Pestalotia
palmarum Cooke.Gejala: (1) timbul bercak-bercak yang tembus cahaya pada
daun-daun dan kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan sampai
kelabu; (2) bercak-bercak bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang
terdapat bintik-bintik yang terdiri dari acervuli cendawan. Pengendalian: bibit
disemprot dengan fungisida misalnya Dithane M-45 atau Perenox dengan dosis
0.1-0.2 %.
. Penyakit Menyerang Tanaman Muda
1.
Penyakit busuk tunas (Bud rot); penyebab cendawan Phytophthora
palmivora Buttler.
Gejala: (1) mengeringnya daun-daun muda di tengah-tengah tajuk; (2) daun berwarna coklat dan patah pada pangkalnya; (3) pangkal membusuk, yang kemudian dapat mencapai titik tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman terhenti dan mati; Pengendalian: belum diketahui cara penanggulangan yang tepat dan efektif.
Gejala: (1) mengeringnya daun-daun muda di tengah-tengah tajuk; (2) daun berwarna coklat dan patah pada pangkalnya; (3) pangkal membusuk, yang kemudian dapat mencapai titik tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman terhenti dan mati; Pengendalian: belum diketahui cara penanggulangan yang tepat dan efektif.
PENYAKIT PADA KELAPA HEBRIDA
1.
Penyakit karat batang
Penyebab: cendawan Ceratostomella paradoxa.
Gejala: (1) batang menjadi rusak dan dari celah-celah batang yang berwarna
karat akan keluar cairan, dimana jaringan pada bagian ini telah rusak; (2)
terjadi gangguan fisiologis yang mempengaruhi pertumbuhannya. Pengendalian:
menyayat atau mengerok bagian yang rusak, tutup dengan penutup luka (misalnya
ter).
2.
Penyakit busuk akar
Penyebab: cendawan Ganoderma lucidum. Gejala:
pembusukan akar akibat permukaan air tanah yang dangkal, drainase jelek dan
tata udara yang buruk. Pengendalian: perbaikan sifat-sifat fisik tanah dan
pembuatan saluran-saluran drainase. Pohon yang terserang penyakit dibongkar dan
dibakar pada tempat yang terpisah.
3.
Penyakit akar
Penyebab: cendawan parasit yang kadang-kadang
diperburuk pula dengan adanya gangguan nematoda parasit. Gejala: (1) adanya
perubahan warna daun secara berangsur-angsur. Warna kuning pucat pada daun
terbawah berangsur-angsur hilang ke bagian daun yang lebih muda;
GULMA PADA TANAMAN KELAPA HEBRIDA
1.
Lalang (Imperata cylinddrica), pertumbuhan tinggi dapat mencapai 1-2
meter, penyebaran sangat cepat melalui rhyzoma (rimpang) maupun buahnya yang
bersayap.
2.
Teki (Cyperus rotrendus)
3.
Lampuyangan (Panium repens)
4.
Pahitan (Paspalum konjugatum)
5.
Sembung rambat (Mikania cordata); tanaman ini mengeluarkan racun kepada
tanaman lainmelalui cairan akarnya yang dapat menekan kegiatan bakteri pengikat
nitrogen.
6.
Tahi ayam (Lantana camara)
7.
Kipahit (Euphathorium odorotum); tanaman ini dapat mencapai ketinggian
4-5
8.
eter dan berbentuk belukar.
Cara pemberantasan gulma, meliputi:
1.
Penyiangan secara mekanis: (1) clean weeding, pengendalian gulma secara
keseluruhan pada areal pertanaman;
2.
Penyiangan secara kimia: (1) mencampur paracol dengan air 2,5-3
liter/450 liter; (2) memasukkan herbisida ke dalam tangki sprayer dan memompa
sampai batas barometer pada tanda merah (otomatis), bagi srayer semi otomatis
menyemprot sambil memompa; (3) menyemprotkan pada gulma, dengan memperhatikan
pengaman (arah angin, masker dan sarung tangan); (4) perkirakan saat
penyemprotan yang tepat yaitu 6 jam setelah penyemprotan tidak hujan. Bila
perlu gunakan sticker (perekat dan perata semprotan); (5) interval waktu 1 x 3
bulan.
4.3. HAMA,PENYAKIT DAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT
PENYAKIT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
1.
P enyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit
Pengenalan dan Penanggulangan Penyakit Busuk
Pangkal Batang (Ganoderma) pada Tanaman Kelapa Sawit. Penyakit ini merupakan
penyakit terpenting di perkebunan kelapa sawit Indonesia. Pada areal yang
terserang, setiap tahun 1-2 persen tanaman kelapa akan mati. Di areal
pertanaman kelapa sawit generasi pertama atau kedua tingkat serangan akan lebih
tinggi dan lebih cepat. Serangan berat dapat mengakibatkan populasi tanaman
yang berumur kurang dari 15 tahun hingga 20-30 persen.
*Penyebab Penyakit
Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit
disebabkan oleh jamur patogen anoderma
boninense.
Gejala Serangan
Gejala Serangan , gejala awal beberapa pelepah
daun yang berada di pucuk berwarna pucat seperti kekurangan unsur hara . Gejala
Lanjut: 1. Daun mengalami nekrosis dimulai dari daun tua kemudian ke daun yang
lebih muda
Tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit busuk
pangkal batang tampak daunnya menguning dan layu kemudian pelepahnya terkulai
ke tanah yang dimulai pada pelepah daun yang tua.
Penanggulangan
Penyakit
1. Membersihkan sumber infeksi sebelum penanaman
di bekas areal kelapa dan kelapa sawit, lahan harus benar-benar bersih dari
tunggul kelapa dan kelapa sawit
2. Mencegah penularan penyakit dalam kebun a. Pohon
yang sudah menunjukkan gejala sakit pada daun umumnya tidak dapat ditolong
lagi, maka dianjurkan agar pohon tersebut diracun, kemudian ditebang. Tunggul
dan akar-akarnya digali dalam radius 60 cm b.
1.
Penyakit akar Blast disease
Penyebab : cendawan
Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp.
Gejala serangan :
· Bila menyerang
pesemaian dapat menyebabkan kematian bibit secara mendadak.
· Bila menyerang
tanaman dewasa akan menyebabkan daun menjadi layu, kemudian tanaman mati.
· Kalau perakaran
tanaman dilihat, tampak adanya pembusukan pada akar.
Pengendalian :
· Pembuatan pesemaian
yang baik agar pertumbuhan bibit sehat dan kuat.
· Pemberian air
irigasi pada musim kemarau dapat mencegah terjadinya gangguan penyakit ini.
Penyakit garis
kuning pada dau N
Penyebab : cendawan
Fusarium oxysporum
Gejala serangan :
· Infeksi penyakit
sudah terjadi pada saat daun belum membuka.
· Setelah daun
membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan oval berwarna kuning pucat
mengelilingi warna coklat tempat konidiofora.
· Bagian-bagian
tersebut kemudian mengering.
Pengendalian : Menanam bibit yang
bebas dari infeksi penyakit ini.
Penyakit batang dry
basal rot.
Penyebab : cendawan
Ceratocyctis paradoxa.
Gejala serangan :
· Tandan buah yang
sedang berbunga mengalami pembusukan.
· Pelepahnya mudah
patah, tetapi daun tetap berwarna hijau untuk beberapa saat, meskipun pada
akhirnya akan membusuk dan mongering.
· Semua gejala
tersebut sesungguhnya disebabkan karena terjadinya pembusukan (busuk kering)
pada pangkal batang.
Pengendalian : Menanam bibit yang
bebas dari infeksi penyakit ini.
GULMA PADA TANAMAN SAWIT
1.
Teki Ladang
Teki ladang atau Cyperus
rotundus adalah gulma
pertanian
yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki",
biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang
berpenampilan mirip.
Gejala
Gejala yang di
timbulkan oleh Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap
pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah
yang mampu bertahan berbulan-bulan.
Pengendalian
Pengendalian
denghan cara penyemprotan pektisida.
2.
Pakis
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan)
adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta,
memiliki pembuluh kayu dan pembuluh
tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi
seksualnya. Alih-alih
biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya,
sama seperti lumut dan fungi.
Gejala
Gejala yang di
timbulkan oleh pakis spesifiknya tidak terlihat. Hanay sekedar gulma pegganggu
dan tidak merugikan
Pengendalian
Pengendalian gulma
pakis ini dengan cara pengikisan dan pembersihan pada saat pemanenan yang
dilakukan oleh pekerja.
3.
ilalang
Pokok Lalang merupakan sejenis tumbuhan
yang terdapat di hutan
Malaysia.
Pokok ini juga terdapat di negara-negara tropika dan kawasan serdahana lain
termasuk ASEAN.
Nama botani pokok Keladan adalah Imperata cylindrica.Lalang
dianggap salah satu rumpai.
Lalang mudah membiak melalui benih yang ditiup angin, melalui keratan rizom.Bagaimanapun lalang
mempunyai kepentingan tertentu. gejala
gejala yang tanpak
pada ilalang ini adalah tertutupnya tanaman yg kita tanam dan terhambatnya
perkembangan akar tanaman dan bisa mendatangkan hama lain .
Pengendalian
Pengendalian ilalang ini adalah dengan di tebasa
dan di beri pektisida dan penebasan di lakukan dengan secara menyeluruh,
HAMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
1. Gejala serangan
Ulat Api Pada tanaman kelapa sawit
Ulat api termasuk
ke dalam famili Limacodidae, ordo Lepidoptera (bangsa ngengat). Ulat ini ‘tidak
berkaki’ atau apoda, meskipun jika diperhatikan dengan lebih jeli, di bagian
ventral tubuhnya terdapat bangunan mirip mangkuk pengisap.
Gejala Serangan
Hama ulat api ini
sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan metabolisme pertumbuhan tanaman
kelapa sawitulat api ini memakan daun
Ulat api memiliki
banyak inang, salah satu diantaranya adalah tanaman kelapa sawit. Jenis ulat
api yang menyerang kelapa sawit antara lain Setothosea asigna, Setora nitens, Darna
trima, dan Ploneta diducta namun jenis ulat api yang banyak
menyerang tanaman kelapa sawit adalah S. asigna dan S. nitens.
Cara
pengendalian hama ulat api ini ada dua cara yaitu :
1.
cara
kimia : yaitu dengan cara penyemprotan pestisida metadol dalam penyiraman ini
dilihat dari umur tanaman jika tanaman tinggi maka di pakai cara pengasapan
pengasapan di lakukan dari sore hingga malam, kenapa harus pada sore hari
hingga malam karena angina sekitar akan buyar dan mengurangi pencemara
lingkunagan.
2.
cara
hayati : yaitu dengan kumbang kepik dan bunga tunera
Kumbang kepik
adalah salah satu cara pengendalian hama ulat api dan bunga tunera,di TBS
sengaja di tanam bunga tunera sengaja di budidayakan oleh pihak TBS cara
penanaman oleh pihak TBS adalah dengan cara di setiap tanaman depan di beri 5
bunga tunera ini.
3.
Tikus
Tikus adalah
binatang yang sangat tidak disukai oleh manusia, selain menjijikkan ternyata
tikus juga telah memberikan kerugian yang cukup besar bagi perekonomian sumber
kehidupan manusia, seperti kebun kelapa sawit yang saat ini sedang booming
karena harganya yang cukup signifikan
Gejala Serangan
Akabit dari
serangan tikus ini adalah menyebabkan mati pada tanaman karena tikus memakan
akar tanaman dan akhirnya tanaman mati.
Cara Pengendalian
1.
kimia : yaitu dengan penggunaan klerak CIU (terutama Sapindus
rarak De Candole, dapat pula S. mukorossi) atau dikenal juga sebagai
rerek atau lamuran adalah tumbuhan yang dikenal karena kegunaan
bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional
2.
hayati yaitu dengan menggunakan burung hantu .
3.
Landak
Landak adalah hewan
pengerat (Rodentia) yang memiliki rambut yang
tebal dan berbentuk duri
tajam. Hewan ini ditemukan di Asia, Afrika, maupun Amerika, dan cenderung
menyebar di kawasan tropika.
Gejala serangan
Gejala serangannya
ditunjukkan dengan rusaknya tanaman yang muda karena tercabut dari lubang
tanamnya. Dengan kukunya yang tajam, landak akan menggali pangkal batang dan
merusak bonggol perakaran. Akibatnya tanaman sawit muda akan tercabut dari
lubang tanam dan mati
Pengendalian
Pengendalian hama
landak Ini adalah dengan menggunakan jarring yang di pagarka di sekeliling tanaman
kelapa sawit sehingga apabila landak ini dekat akan tersangkut oleh jarum2 bulu
landak.dan selain dengan jarring juga bisa di gunakan dengan cara berburu, dan
menggunakan jasa burung hantu.
4.
Babi
Babi hutan merupakan jenis hama mammalia penting pada perkebunan kelapa
sawit. Sebenarnya satwa ini bukanlah merupakan penghuni tetap pada ekosistim
perkebunan kelapa sawit. Kerusakan yang ditimbulkannya pada kelapa sawit hanya
merupakan efek sekunder dari kehadirannya pada kebun sawit. Mereka adalah salah
satu penghuni tetap hutan. Habitatnya meliputi kisaran geografis yang sangat
beragam, pada hampir semua ekosistim, mulai dari padang alang-alang, semak
belukar, hutan sekunder, hutan payau, hingga hutan pegunungan.
Gejala Yang Di Timbulkan
Babi hutan terutama menyerang tanaman kelapa sawit yang masih muda atau
yang baru ditanam, karena mereka menyukai umbutnya yang lunak. Timbulnya
serangan babi hutan pada tanaman kelapa sawit tidak semata-mata karena
populasinya yang tinggi di habitatnya dalam hutan yang berdekatan, tetapi erat
hubungannya dengan sifat satwa liar ini yang rakus.
Pengendalian
Upaya melindungi
tanaman kelapa sawit terhadap serangan babi adalah dengan menghalau babi
sehingga tidak memasuki areal perkebunan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa
sebagai berikut:
b.
Menggunakan electric-fence dengan ketinggian kawat teratas 1,5
m, dengan 4 kawat, sekaligus untuk mencegah babi hutan. Cara ini efektif jika
dibarengi dengan membuat barier terbuka tanpa pohon selebar 7,5 – 10 m
BAB VI
PEMBAHASAN
Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mekanisme terjadinya
kerusakan penyakit pada tanaman dapat terjadi oleh beberapa penyebab pathogen
dan hama. Hama yang terdapat pada tanaman padi adalah Walang sangit (Leptocorixa acuta) walang sangit sering
sekali menjadi penyebab utama rusaknya bulir padi, sehingga bulir pada jadi
hampa dan kempes. Walang sangit memiliki cirri-ciri yaitu : mempunyai dua
pasang sayap, sepasang tebal dan sepasang lagi seperti selaput, memiliki tipe
alat mulut menusuk mengisap, dan metamorfosisnya tidak sempurna. Penyebab
kerusakannya adalah Leptocorixa acuta,
aktifnya pagi hari, warna serangga hijau kekuning-kuningan sesuai dengan warna
bulir padi yang disenanginya. Telur diletakkan dalam kelompok pada permukaan
daun, bentuknya seperti biji gulma. Gejala serangan : Butir padi stadium matang
susu menjadi hampa atau setengah hampa karena cairannya dihisap oleh hama ini,
terdapat lubang bekas tusukan berwarna abu-abu kekuning-kuningan
Hama yang terdapat
pada tanaman golkar yang disebabkan oleh hama gejala puru. Kelompok ini
mulu-mula masuk kedalam jaringan tanaman melalui bagian-bagian tanaman yang
masi muda. Puru terbentuk akibat sekresi yang dikeluarkannya pada waktu
mengisap atau merusak jaringan tanaman. Sekresi tersebut menyebabkan
pertumbuhan jaringan tanaman luar biasa disekitar daerah yang terluka.
Hama penggerek yang
terdapat pada daun mangga dan kacang panjang,
hama ini merusak dengan jala mengebor bagian tanaman dan menghabiskan
sebagian besar didalam jaringan tanaman, baik daun, batang, akar,buah, biji,
dan umbi. Mereka berada didalam karena
dimasukkan oleh induknya semasa stadium telur/larva yang dapat menembus
epidermis daun setelah menetas dari telur. Contohnya Etelle zinkinella hama
penggerek polong tanaman leguminoceae.
Hama pemakan yang
terdapat pada daun kakao merupakan hama yang tergolong memiliki alat mulut
paling primitif yaitu penggigit pengunyah dan dijumpai pada belalang, kumbang
serta kebanyakan larva. Bagian tanaman yang diserang meliputi
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Mekanisme
terjadinya kerusakan penyakit pada tanaman dapat terjadi oleh beberapa patogen
dan hama
Beberapa gejala
serangan hama pada tanaman yang diteliti pada praktikum :
Daun berlubang → disebabkan oleh hama belalang yang memiliki tipe
alat mulut penggigit pengunyah. Gejala kerusakannya adalah daun menjadi
berlubang
Bulir padi kepipis → diebabkan oleh hama walang sangit yang memiliki
tipe alat mulut pencucuk penghisap. Gejala kerusakannya adalah bulir padi
menjadi hampa/tidak berisi dan kempes
Batang digerek → disebabkan oleh hama penggerek batang yang
memiliki tipe alat mulut penggerek. Gejala kerusakannya adalah terdapat lubang
gerek pada permukaan batang dan bagian tengah batang akan terdapat warna hitam
memanjang.
DAFTAR PUSTAKA
PT .tri bakti
sarimas (TBS ) Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi.
kerja sama
mahasiswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar