Minggu, 29 Desember 2013

kultur jaringan anggrek



BAB  I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud secara buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro, sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti “di dalam kaca”) karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan Petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga  tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.





1.2.  Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian dari bioteknologi dan konservasi ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan teknologi kultur jaringan ?
3.      Bagaimana teknik kultur jaringan pada tanaman anggrek ?
4.      Apa saja manfaat dan kekurangan kultur jaringan pada tanaman anggrek ?
5.      Bagaimana konservasi tanaman anggrek ?

1.3. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka kita dapat mengambil tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1.      Menjelaskan pengertian bioteknologi dan konservasi.
2.      Menjelaskan apa yang dimaksud dengan teknologi kultur jaringan.
3.      Mengetahui cara pelaksanaan atau proses kultur jaringan pada tanaman anggrek.
4.      Menyebutkan dan menjelaskan manfaat dan kekurangan kultur jaringan pada tanaman anggrek.
5.      Mengetahui konservasi atau budidaya tanaman anggrek dengan teknik  kultur jaringan.












BAB  II
PEMBAHASAN


2.1.  Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, dibidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru dibidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di Negara-negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakkan sel induk, cloning dan lain-lain.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merakayasa gen pada organisme tersebut.
Perkembangan bioteknologi memberikan dampak yang besar terhadap kemajuan berbagai cabang ilmu termasuk pemuliaan tanaman (plant breeding). Tidak dipungkiri lagi bahwa dengan adanya bioteknologi telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penyediaan pangan dunia maupun dalam bidang perkebunan dan pertanian. Banyak bioteknologi yang telah dikembangkan pada saat ini salah satunya adalah kultur jaringan pada tumbuhan.


2.2.  Kultur Jaringan
1.      Konsep Kultur Jaringan
Sel tumbuhan memiliki sifat dasar totipotensi sel. Sifat totipotensi sel ini merupakan sifat sel yang mampu menjadi individu baru yang utuh jika berada pada lingkungan yang sesuai. Teori ini berdasarkan teori sel yang dikemukakan pertama kali oleh Jakob Schleiden dan Theodor Schwann (1838-1839). Berdasarkan teori tersebut, jika sebuah sel berada dalam kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan, sel tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.
Sel tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang lebih besar dibandingkan sel hewan. Hal ini dikarenakan pada tumbuhan masih terdapat sel atau jaringan yang belum terdiferensiasi, yaitu jaringan yang bersifat meristematik atau jaringan meristem serta jaringan dasar (jaringan parenkim) yang masih bersifat meristematik.
Berdasarkan teori totipotensi sel tersebut maka lahirlah suatu teknik reproduksi vegetatif baru yang disebut teknik kultur jaringan. Perkembangan kultur jaringan tumbuhan lebih maju dibandingkan pada hewan. Kultur jaringan di dunia maupun Indonesia saat ini lebih berorientasi untuk produksi tanaman pangan dan industri.

2.      Pengertian Kultur Jaringan
Perbanyakan tanaman menggunakan teknik kultur jaringan pertama kali dicoba tahun 1902 oleh Haberlandt berdasarkan adanya sifat tanaman yang disebut totipotensi (sel yang sedang tumbuh dapat berkembang menjadi tanaman utuh), yang dicetuskan oleh dua orang sarjana Jerman, Schwann dan Schleiden pada tahun 1830. Saat ini, teknik kultur jaringan menjadi cara yang paling efektif untuk menghasilkan tanaman baru dalam jumlah besar dan memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Kultur jaringan akan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.


2.3.    Kultur Jaringan pada Tanaman Anggrek
a.      Jenis Tanaman
Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah.
Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
1)      Anggrek Epifit, adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara. Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitat aslinya, anggrek ini kerap menempel dipohon-pohon besar dan rindang. Contoh anggrek epifit antara lain: Dendrobium, Cattleya, Ondocidium, dan Phalaenopsis.










Gambar II.1. Anggrek Cattleya  (anggrek epifit)
2)      Anggrek tanah/anggrek Teresterial, adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh atau cahaya matahari langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain Vanda, Renanthera, Arachnis, dan Aranthera.








                  

 Gambar II.2.  Anggrek Renanthera (Anggrek tanah/teresterial)
3)       Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit dalam pertumbuhannya membutuhkan sedikit cahaya matahari. Contoh jenis ini antara lain: Goodyera sp.










Gambar II.3. Anggrek Goodyera sp. (anggrek saprofit)
4)      Anggrek litofit adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh jenis ini antara lain: Dendrobium dan Phalaenopsis.









Gambar II.4. Anggrek Phalaenopsis (anggrek litofit)

b.      Manfaat dan Sentra Tanaman Anggrek
Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek mempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut.
Sentra tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan di Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra ataupun di Irian Jaya.

c.       Teknik Kultur Jaringan pada Tanaman Anggrek
Dalam perbanyakan anggrek, teknik kultur jaringan bertujuan menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam. Caranya dilakukan dengan menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (akar, daun, batang, mata tunas) atau menumbuhkan jaringan-jaringan generatif (ovule, embrio dan biji) pada media buatan berupa cairan atau padat bebas mikroorganisme. Kegiatan ini dilakukan dalam ruangan yang steril menggunakan peralatan yang juga disterilkan.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman anggrek dengan teknik kultur jaringan adalah:
1)      Pemilihan eksplan
Eksplan merupakan suatu sel atau irisan jaringan tanaman secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril. dengan cara demikian sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan kedalam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi planlet dalam jumlah yang besar.









Gambar II. 5. Pemilihan eksplan
Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya.
2)      Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media tanam tersebut dapat berupa larutan (cair) atau padat. Media cair berarti campuran-campuran zat kimia dengan air suling, sedangkan media padat adalah media zat cair tesebut ditambah dengan zat pemadat agar.
Media yang digunakan dalam kultur jaringan anggrek tidak jauh berbeda dengan media lainnya. Sebelum membuat medium, maka terlebih dahulu kita harus menentukan medium apa yang akan kita buat. Jenis medium dengan komposisi unsur kimia yang berbeda dapat digunakan untuk media tumbuh dari jaringan tanaman yang berbeda pula. Misalnya media Vacin Went sangat baik untuk media tumbuh anggrek. Tetapi tidak cocok untuk media tumbuh lain. Untuk membuat media kultur jaringan, biasanya menimbang setiap komponen bahan kimia yang terdapat pada resep medium dasar. Langkah ini kurang praktis karena memakan banyak waktu dan mengurangi ketepatan. Selain itu, timbangan yang digunakan untuk menimbang sejumlah kecil bahan kimia kadang-kadang tidak tersedia.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
3)      Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.












Gambar II. 6. Eksplan yang diletakkan ke dalam media
4)      Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan.  Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.    
5)      Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan.  Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.











Gambar II.7. Penanaman eksplan pada media (Multiplikasi)
6)      Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.  Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). 
7)      Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
 






Gambar II.8. Aklimatisasi
Secara skema proses kultur jaringan tersebut bisa dilihat sebagai berikut:











Gambar II. 5. Skema teknik kultur jaringan


4.      Manfaat dan Kelemahan
a.      Manfaat
Kultur jaringan memiliki manfaat yang besar bagi manusia sesuai fungsinya. Melalui kultur jaringan ini, dapat dibudidayakan tanaman yang memiliki sifat sama dengan induknya. Tentu saja sifat yang diinginkan ini sifat yang unggul, contohnya saja pada wortel. Para petani menginginkan wortel yang berukuran besar dan berwarna menarik. Melalui teknik kultur jaringan, dapat diperoleh tanaman seperti itu. Syaratnya tentu saja mengambil eksplan dari induk yang memiliki sifat unggul tersebut.
Kultur jaringan sangat membantu perkembangan pertanian di Indonesia. Kultur jaringan dapat membantu menyediakan bibit pertanian dengan cepat. Petani anggrek di Indonesia misalnya, sangat terbantu dengan adanya kultur jaringan. Kini, untuk membiakkan anggrek petani tidak perlu lagi menunggu muncul tunas untuk memperbanyak tanaman. Dengan pengetahuan tentang totipotensi tanaman yang dimanfaatkan melalui kultur jaringan, dapat dilakukan perbanyakan tanaman anggrek secara cepat.

b.      Kelemahan
Selain memberikan banyak manfaat teknik kultur jaringan ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah dibutuhkannya biaya yang relatif besar untuk pengadaan laboratorium, selain itu juga memerlukan keahlian khusus untuk pengerjaannya dan tanaman yang dihasilkan berukuran kecil dengan kondisi aseptik, terbiasa dilingkungan hidup dengan kelembaban tinggi dan relatif stabil sehingga perlu perlakuan khusus setelah aklimatisasi dan perlu penyesuaian lagi untuk kelingkungan eksternal.

2.4.     Konservasi
1.      Pengertian Konservasi
Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa inggris conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan adalah:
a.      Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi.
b.      Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
c.       Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kimia atau transformasi fisik.
Di Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan, konservasi adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memlihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Jadi, konservasi dapat dikatakan sebagai bentuk upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam.
2.      Konservasi Tanaman Anggrek
Anggrek yang saat ini masih bertengger sebagai jawaranya bunga yang paling beraneka-ragam manjadi aset tersendiri bagi bangsa Indonesia. Anggrek spesies adalah harta kekayaan yang berpotensi luar biasa. Sebagai harta kekayaan, tentu memberi konsekuensi tertentu bagi si empunya, dalam kasus ini seluruh bangsa Indonesia, khususnya masyarakat penggemar anggrek yang tentu lebih banyak mengetahui anggrek dibanding masyarakat biasa yang masih awam.
Pelestarian Anggrek Spesies harus terjaga dan dilakukan secara intensif dan terencana sejalan dengan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU No. 5 tahun 1994 tentang Konvensi PBB tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Sudah saatnya gerakan rehabilitasi dan pelestarian anggrek baik ek-situ maupun in-situ dilakukan secara gotong-royong tanpa harus bergantung pada program pemerintah. Masyarakat dianjurkan dapat berperan mandiri sebagai pelaku utama dalam kegiatan konservasi anggrek dengan koordinasi pihak-pihak terkait, sehingga “rasa memiliki” keanekaragaman hayati tidak hanya terbatas untuk instansi pemerintah saja, namun lebih utama yaitu pada masyarakat luas. Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk menjaga dan melestarikan anggrek adalah :
a.      Mengenali anggrek sebagai harta berharga, hal ini menjadi sangat mendasar karena berkaitan dengan pemahaman kita terhadap pentingnya potensi yang dimiliki anggrek misal sebagai tanaman hias, bunga potong, obat, parfume, koleksi langka, kerajinan dan lain-lain. Bagaimana kita bisa memanfaatkan sesuatu kalo tidak sadar bahwa sesuatu tadi berharga dan bernilai tinggi? Itu sama saja seperti tikus yang mati kelaparan di dalam lumbung padi, si tikus tidak menyadari bahwa padi di sekitarnya adalah makanan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang pengenalan jenis anggrek dan pemanfaatannya mutlak terus dikembangkan. Langkah rielnya : banyak membaca literatur anggrek mengenai jenis-jenisnya, potensi yang dimiliki anggrek tersebut (warna, bentuk tanaman, lama mekar, aroma, khasiat obat dan lain-lain), atau sharing di milis atau forum anggrek untuk memperoleh pengetahuan dasar atau lanjut tentang anggrek spesies Indonesia, mendukung dan membantu suksesnya penelitian tentang anggrek Indonesia.
b.      Menjaga anggrek sebagai harta berharga, tahap selanjutnya setelah kita menyadari tentang nilai penting anggrek adalah upaya untuk menjaganya agar tidak habis atau hilang. Menjaga agar tidak habis atau hilang dalam hal ini bukan hanya berarti segi keamanan dari faktor luar seperti ”pencurian”. Tetapi juga terhadap kemanan terhadap jumlahnya atau dengan kata lain upaya untuk menjaga jumlah harta kita agar tidak mudah habis atau hilang. Bisa saja, meskipun anggrek tersebut benar-benar aman dari pencurian pihak negara asing, tapi justru habis karena terlalu over dieksploitasi oleh si pemiliknya tanpa memperhatikan keberlanjutannya kedepan.
c.       Memanfaatkan anggrek sebagai harta, tentu sangat amat percuma sekali kalau kita sudah sadar bahwa kita memiliki harta bernilai, lalu kita juga sudah menjaganya dengan baik, tapi kita tidak bisa memanfaatkannya sama sekali. Ibarat kita mengetahui ada banyak sayuran tumbuh di halaman yang bisa dimasak menjadi masakan lezat, kemudian setiap hari kita siram, dipupuk dan diperbanyak, tapi sayuran yang telah dewasa hanya dibiarkan saja, lebih parah lagi kita hanya bisa melihat sayuran tadi tua-membusuk. Kita hindari menjadi bangsa yang hanya bisa phobia atau ketakutan berlebih, sehingga selamanya kita hanya bisa memeluk erat harta agar tidak dicuri orang, tapi justru tidak pernah sempat untuk menggunakan hartanya. Upaya pemanfaatan potensi yang dimiliki anggrek khususnya anggrek langka merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Bangsa ini hanya akan stagnan bila selamanya tidak bisa memanfaatkan potensi SDA nya secara optimal. Langkah rielnya antara lain, menjual secara luas anggrek hasil perbanyakan budidaya, mengembangkan bisnis bunga anggrek potong, memperomosikan anggrek hasil kultur jaringan keluar negeri, mengajukan hak perlindungan varietas terhadap anggrek spesies lokal atau hasil pemuliaan, mengekstrak anggrek untuk memperoleh senyawa obat atau senyawa penting lainnya, menanami pekarangan dengan anggrek-anggrek yang berbunga menawan, atau menjadikan anggrek sebagai bunga penyambutan bagi turis-turis asing.
Tidak sampai disitu, bentuk upaya-upaya menjaga dan melestarikan anggrek juga sudah dilakukan oleh bangsa dan penggemar anggrek lainnya. Beberapa diantaranya adalah adanya Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP), Taman Anggrek Ragunan  yang berada di wilayah DKI Jakarta, Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) di Kalimantan Selatan dan beberapa nursery-nursery yang berada di beberapa kota-kota besar.





















BAB III
PENUTUP

3.1.     Kesimpulan
Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan bahwa bioteknologi sangat berpengaruh dalam bidang pertanian, khususnya teknik kultur jaringan pada tanaman anggrek. Kultur jaringan merupakan teknik pembudidayaan tanaman atau teknik memperbanyak tanaman secara aseptik tanpa harus merubah atau menghilangkan sifat asli dari tanaman induknya. Namun, teknik ini membutuhkan biaya yang relatif besar untuk pengadaan laboratorium dan juga membutuhkan keahlian khusus.
Teknik kultur jaringan termasuk salah satu upaya untuk melestarikan anggrek. Dengan teknik kultur jaringan, masyarakat dapat melestarikan atau membudidayakan tanaman anggrek dengan cara cepat dan menghemat waktu untuk memperoleh jenis tanaman anggrek yang ingin dibudidayakan dalam skala yang besar atau banyak. Upaya menjaga dan melestarikan tanaman anggrek juga bisa kita lakukan dengan lebih mengenal dan memanfaatkannya dengan baik.

3.2.       Saran
Anggrek merupakan salah satu asset bangsa yang tidak ternilai harganya. Untuk itu sudah selayaknya kita menjaga dan melestarikannya. salah satu penyebab teknologi kultur jaringan menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi bahwa diperlukan investasi yang ‘sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan. Alangkah baiknya apabila kita bisa memodifikasi peralatan dan bahan yang digunakan,  sehingga sangat dimungkinkan kultur jaringan seperti ‘home industri’. Hal ini dapat dilihat pada kelompok petani ‘pengkultur biji anggrek’ di Malang yang telah sedemikian banyak.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Media Kultur Jaringan Anggrek
Astarini, Ida Ayu. 2010. Kultur Jaringan Angrek.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) Jakarta, 2007 Adaptasi Teknologi Pembibitan Anggrek Secara Kultur Jaringan.
Trenggono, Ardhanariswari Dan Ni Made Armini Wiendi. 2011.  Induksi Pembungaan Secara In Viro Pada Tanaman Anggrek Cymbidium Varietas Lovely Angel( In Vitro Flower Induction Of Orchid Cymbidium Var. Lovely Angel). Makalah Seminar Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

3 komentar: