BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan
atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud secara
buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena itu teknik
ini sering kali disebut kultur in vitro, sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan
in vitro (bahasa Latin, berarti “di dalam kaca”) karena jaringan
dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan Petri
dari kaca
atau material tembus pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat
dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan
maupun hewan
(termasuk manusia)
namun masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit
yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara
lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam
jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas,
mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat,
kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat
dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
1.2. Rumusan Masalah
Sehubungan
dengan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah
pengertian dari bioteknologi dan konservasi ?
2. Apakah
yang dimaksud dengan teknologi kultur jaringan ?
3. Bagaimana
teknik kultur jaringan pada tanaman anggrek ?
4. Apa
saja manfaat dan kekurangan kultur jaringan pada tanaman anggrek ?
5. Bagaimana
konservasi tanaman anggrek ?
1.3.
Tujuan Penulisan
Dari rumusan
masalah di atas, maka kita dapat mengambil tujuan penulisan makalah adalah
sebagai berikut:
1. Menjelaskan
pengertian bioteknologi dan konservasi.
2. Menjelaskan
apa yang dimaksud dengan teknologi kultur jaringan.
3. Mengetahui
cara pelaksanaan atau proses kultur jaringan pada tanaman anggrek.
4. Menyebutkan
dan menjelaskan manfaat dan kekurangan kultur jaringan pada tanaman anggrek.
5. Mengetahui
konservasi atau budidaya tanaman anggrek dengan teknik kultur jaringan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu.
Sebagai contoh, dibidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun
keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan
varietas-varietas baru dibidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi
hewan.
Pada masa ini,
bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di Negara-negara maju. Kemajuan
ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa
genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakkan sel induk, cloning
dan lain-lain.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme
melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi
fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau
merakayasa gen pada organisme tersebut.
Perkembangan bioteknologi memberikan
dampak yang besar terhadap kemajuan berbagai cabang ilmu termasuk pemuliaan
tanaman (plant breeding). Tidak dipungkiri lagi bahwa dengan adanya
bioteknologi telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penyediaan
pangan dunia maupun dalam bidang perkebunan dan pertanian. Banyak bioteknologi
yang telah dikembangkan pada saat ini salah satunya adalah kultur jaringan pada
tumbuhan.
2.2. Kultur
Jaringan
1. Konsep
Kultur Jaringan
Sel tumbuhan memiliki sifat dasar totipotensi sel. Sifat totipotensi sel
ini merupakan sifat sel yang mampu menjadi individu baru yang utuh jika berada
pada lingkungan yang sesuai. Teori ini berdasarkan teori sel yang dikemukakan
pertama kali oleh Jakob Schleiden dan Theodor Schwann (1838-1839). Berdasarkan
teori tersebut, jika sebuah sel berada dalam kondisi yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan, sel tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi
individu baru.
Sel tumbuhan
memiliki sifat totipotensi yang lebih besar dibandingkan sel hewan. Hal ini
dikarenakan pada tumbuhan masih terdapat sel atau jaringan yang belum
terdiferensiasi, yaitu jaringan yang bersifat meristematik atau jaringan
meristem serta jaringan dasar (jaringan parenkim) yang masih bersifat
meristematik.
Berdasarkan
teori totipotensi sel tersebut maka lahirlah suatu teknik reproduksi vegetatif
baru yang disebut teknik kultur jaringan. Perkembangan kultur jaringan tumbuhan
lebih maju dibandingkan pada hewan. Kultur jaringan di dunia maupun Indonesia
saat ini lebih berorientasi untuk produksi tanaman pangan dan industri.
2. Pengertian
Kultur Jaringan
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa
asing disebut sebagai tissue culture, weefsel cultuus atau gewebe
kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai
bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu
jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.
Perbanyakan tanaman menggunakan teknik kultur jaringan pertama kali
dicoba tahun 1902 oleh Haberlandt berdasarkan adanya sifat tanaman yang disebut
totipotensi (sel yang sedang tumbuh dapat berkembang menjadi tanaman utuh),
yang dicetuskan oleh dua orang sarjana Jerman, Schwann dan Schleiden pada tahun
1830. Saat ini, teknik kultur jaringan menjadi cara yang paling efektif untuk
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah besar dan memiliki sifat yang sama
dengan induknya.
Kultur jaringan akan lebih
besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem
adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu
membelah, dinding tipis, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan
orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem
keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang
mengatur pembelahan.
2.3. Kultur Jaringan
pada Tanaman Anggrek
a. Jenis
Tanaman
Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara
lain: Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana,
berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium
phalaenopis, anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom,
anggrek Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun
glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah.
Tanaman anggrek
dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
1) Anggrek
Epifit, adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon lain tetapi
tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel
adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar
udara. Anggrek epifit membutuhkan naungan dari
cahaya matahari. Di habitat aslinya, anggrek ini kerap menempel dipohon-pohon
besar dan rindang. Contoh anggrek epifit antara lain: Dendrobium, Cattleya,
Ondocidium, dan Phalaenopsis.
|
|
|
|
Gambar II.1. Anggrek Cattleya (anggrek epifit)
2) Anggrek
tanah/anggrek Teresterial, adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh
atau cahaya matahari langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain Vanda,
Renanthera, Arachnis, dan Aranthera.
Gambar
II.2. Anggrek Renanthera (Anggrek tanah/teresterial)
3) Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang
mengandung humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit dalam pertumbuhannya
membutuhkan sedikit cahaya matahari. Contoh jenis ini antara lain: Goodyera sp.
|
|
|
|
Gambar II.3. Anggrek Goodyera sp. (anggrek saprofit)
4) Anggrek litofit adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan.
Anggrek jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh.
Contoh jenis ini antara lain: Dendrobium dan Phalaenopsis.
|
|
|
|
Gambar
II.4. Anggrek Phalaenopsis (anggrek litofit)
b. Manfaat
dan Sentra Tanaman Anggrek
Manfaat utama
tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek mempunyai
keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai campuran
ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut.
Sentra tanaman
anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan di Indonesia, anggrek banyak
terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra ataupun di Irian Jaya.
c. Teknik
Kultur Jaringan pada Tanaman Anggrek
Dalam
perbanyakan anggrek, teknik kultur jaringan bertujuan menghasilkan bunga dalam
jumlah banyak dan seragam. Caranya dilakukan dengan menumbuhkan
jaringan-jaringan vegetatif (akar, daun, batang, mata tunas) atau menumbuhkan
jaringan-jaringan generatif (ovule, embrio dan biji) pada media buatan berupa
cairan atau padat bebas mikroorganisme. Kegiatan ini dilakukan dalam ruangan
yang steril menggunakan peralatan yang juga disterilkan.
Tahapan yang
dilakukan dalam perbanyakan tanaman anggrek dengan teknik kultur jaringan
adalah:
1) Pemilihan
eksplan
Eksplan merupakan suatu sel atau
irisan jaringan tanaman secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam medium
padat atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril. dengan cara demikian
sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami proliferasi dan
membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan kedalam medium
diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap dan
disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari satu irisan kecil
suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi planlet dalam
jumlah yang besar.
|
|
|
|
Gambar
II. 5. Pemilihan eksplan
Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi
sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian
meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan
sebagainya.
2) Pembuatan
media
Media merupakan
faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang
digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang
digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu,
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur
tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media
tanam tersebut dapat berupa larutan (cair) atau padat. Media cair berarti
campuran-campuran zat kimia dengan air suling, sedangkan media padat adalah
media zat cair tesebut ditambah dengan zat pemadat agar.
Media yang
digunakan dalam kultur jaringan anggrek tidak jauh berbeda dengan media
lainnya. Sebelum membuat medium, maka terlebih dahulu kita harus menentukan
medium apa yang akan kita buat. Jenis medium dengan komposisi unsur kimia yang
berbeda dapat digunakan untuk media tumbuh dari jaringan tanaman yang berbeda
pula. Misalnya media Vacin Went sangat baik untuk media tumbuh anggrek. Tetapi
tidak cocok untuk media tumbuh lain. Untuk membuat media kultur jaringan,
biasanya menimbang setiap komponen bahan kimia yang terdapat pada resep medium
dasar. Langkah ini kurang praktis karena memakan banyak waktu dan mengurangi
ketepatan. Selain itu, timbangan yang digunakan untuk menimbang sejumlah kecil
bahan kimia kadang-kadang tidak tersedia.
Media yang sudah
jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan
juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
3) Inisiasi
Inisiasi adalah
pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman
yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
|
|
|
|
Gambar
II. 6. Eksplan yang diletakkan ke dalam media
4) Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam
kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow
dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.
5) Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari
adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung
reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di
tempat yang steril dengan suhu kamar.
|
|
|
|
Gambar II.7. Penanaman eksplan pada media
(Multiplikasi)
6) Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan
menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan
yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap
hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan
menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau
busuk (disebabkan bakteri).
7) Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan
keluar dari ruangan aseptik ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati
dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk
melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil
kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.
Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap
sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama
dengan pemeliharaan bibit generatif.
Gambar
II.8. Aklimatisasi
Secara skema
proses kultur jaringan tersebut bisa dilihat sebagai berikut:
Gambar
II. 5. Skema teknik kultur jaringan
4. Manfaat
dan Kelemahan
a. Manfaat
Kultur jaringan memiliki manfaat yang besar bagi manusia sesuai
fungsinya. Melalui kultur jaringan ini, dapat dibudidayakan tanaman yang
memiliki sifat sama dengan induknya. Tentu saja sifat yang diinginkan ini sifat
yang unggul, contohnya saja pada wortel. Para petani menginginkan wortel yang
berukuran besar dan berwarna menarik. Melalui teknik kultur jaringan, dapat
diperoleh tanaman seperti itu. Syaratnya tentu saja mengambil eksplan dari
induk yang memiliki sifat unggul tersebut.
Kultur jaringan sangat membantu perkembangan pertanian di Indonesia.
Kultur jaringan dapat membantu menyediakan bibit pertanian dengan cepat. Petani
anggrek di Indonesia misalnya, sangat terbantu dengan adanya kultur jaringan.
Kini, untuk membiakkan anggrek petani tidak perlu lagi menunggu muncul tunas
untuk memperbanyak tanaman. Dengan pengetahuan tentang totipotensi tanaman yang
dimanfaatkan melalui kultur jaringan, dapat dilakukan perbanyakan tanaman
anggrek secara cepat.
b. Kelemahan
Selain memberikan banyak manfaat teknik kultur jaringan ini juga memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya adalah dibutuhkannya biaya yang relatif besar
untuk pengadaan laboratorium, selain itu juga memerlukan keahlian khusus untuk
pengerjaannya dan tanaman yang dihasilkan berukuran kecil dengan kondisi
aseptik, terbiasa dilingkungan hidup dengan kelembaban tinggi dan relatif
stabil sehingga perlu perlakuan khusus setelah aklimatisasi dan perlu penyesuaian
lagi untuk kelingkungan eksternal.
2.4.
Konservasi
1. Pengertian
Konservasi
Secara
harfiah, konservasi berasal dari bahasa inggris conservation yang
artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan
adalah:
a. Upaya
efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi atau distribusi yang
berakibat pada pengurangan konsumsi energi.
b. Upaya
perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya
alam.
c.
Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi
kimia atau transformasi fisik.
Di
Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan, konservasi adalah
pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memlihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Jadi, konservasi dapat
dikatakan sebagai bentuk upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau
melindungi alam.
2.
Konservasi Tanaman Anggrek
Anggrek yang
saat ini masih bertengger sebagai jawaranya bunga yang paling beraneka-ragam
manjadi aset tersendiri bagi bangsa Indonesia. Anggrek spesies adalah harta
kekayaan yang berpotensi luar biasa. Sebagai harta kekayaan, tentu memberi
konsekuensi tertentu bagi si empunya, dalam kasus ini seluruh bangsa Indonesia,
khususnya masyarakat penggemar anggrek yang tentu lebih banyak mengetahui
anggrek dibanding masyarakat biasa yang masih awam.
Pelestarian
Anggrek Spesies harus terjaga dan dilakukan secara intensif dan terencana
sejalan dengan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya, UU No. 5 tahun 1994 tentang Konvensi PBB tentang Konservasi
Keanekaragaman Hayati dan PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan
dan Satwa.
Sudah saatnya
gerakan rehabilitasi dan pelestarian anggrek baik ek-situ maupun in-situ
dilakukan secara gotong-royong tanpa harus bergantung pada program pemerintah.
Masyarakat dianjurkan dapat berperan mandiri sebagai pelaku utama dalam
kegiatan konservasi anggrek dengan koordinasi pihak-pihak terkait, sehingga
“rasa memiliki” keanekaragaman hayati tidak hanya terbatas untuk instansi
pemerintah saja, namun lebih utama yaitu pada masyarakat luas. Beberapa upaya
yang dapat kita lakukan untuk menjaga dan melestarikan anggrek adalah :
a. Mengenali
anggrek sebagai harta berharga, hal ini menjadi sangat mendasar karena
berkaitan dengan pemahaman kita terhadap pentingnya potensi yang dimiliki
anggrek misal sebagai tanaman hias, bunga potong, obat, parfume, koleksi
langka, kerajinan dan lain-lain. Bagaimana kita bisa memanfaatkan sesuatu kalo
tidak sadar bahwa sesuatu tadi berharga dan bernilai tinggi? Itu sama saja
seperti tikus yang mati kelaparan di dalam lumbung padi, si tikus tidak
menyadari bahwa padi di sekitarnya adalah makanan. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang pengenalan jenis anggrek dan pemanfaatannya mutlak terus dikembangkan.
Langkah rielnya : banyak membaca literatur anggrek mengenai jenis-jenisnya,
potensi yang dimiliki anggrek tersebut (warna, bentuk tanaman, lama mekar,
aroma, khasiat obat dan lain-lain), atau sharing di milis atau forum anggrek
untuk memperoleh pengetahuan dasar atau lanjut tentang anggrek spesies
Indonesia, mendukung dan membantu suksesnya penelitian tentang anggrek Indonesia.
b. Menjaga
anggrek sebagai harta berharga, tahap selanjutnya setelah kita
menyadari tentang nilai penting anggrek adalah upaya untuk menjaganya agar
tidak habis atau hilang. Menjaga agar tidak habis atau hilang dalam hal ini
bukan hanya berarti segi keamanan dari faktor luar seperti ”pencurian”. Tetapi
juga terhadap kemanan terhadap jumlahnya atau dengan kata lain upaya untuk
menjaga jumlah harta kita agar tidak mudah habis atau hilang. Bisa saja,
meskipun anggrek tersebut benar-benar aman dari pencurian pihak negara asing,
tapi justru habis karena terlalu over dieksploitasi oleh si pemiliknya tanpa
memperhatikan keberlanjutannya kedepan.
c. Memanfaatkan
anggrek sebagai harta, tentu sangat amat percuma sekali kalau kita
sudah sadar bahwa kita memiliki harta bernilai, lalu kita juga sudah menjaganya
dengan baik, tapi kita tidak bisa memanfaatkannya sama sekali. Ibarat kita
mengetahui ada banyak sayuran tumbuh di halaman yang bisa dimasak menjadi
masakan lezat, kemudian setiap hari kita siram, dipupuk dan diperbanyak, tapi
sayuran yang telah dewasa hanya dibiarkan saja, lebih parah lagi kita hanya
bisa melihat sayuran tadi tua-membusuk. Kita hindari menjadi bangsa yang hanya
bisa phobia atau ketakutan berlebih, sehingga selamanya kita hanya bisa memeluk
erat harta agar tidak dicuri orang, tapi justru tidak pernah sempat untuk
menggunakan hartanya. Upaya pemanfaatan potensi yang dimiliki anggrek khususnya
anggrek langka merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Bangsa ini hanya akan
stagnan bila selamanya tidak bisa memanfaatkan potensi SDA nya secara optimal.
Langkah rielnya antara lain, menjual secara luas anggrek hasil perbanyakan
budidaya, mengembangkan bisnis bunga anggrek potong, memperomosikan anggrek
hasil kultur jaringan keluar negeri, mengajukan hak perlindungan varietas
terhadap anggrek spesies lokal atau hasil pemuliaan, mengekstrak anggrek untuk
memperoleh senyawa obat atau senyawa penting lainnya, menanami pekarangan
dengan anggrek-anggrek yang berbunga menawan, atau menjadikan anggrek sebagai
bunga penyambutan bagi turis-turis asing.
Tidak sampai
disitu, bentuk upaya-upaya menjaga dan melestarikan anggrek juga sudah
dilakukan oleh bangsa dan penggemar anggrek lainnya. Beberapa diantaranya
adalah adanya Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP), Taman Anggrek Ragunan
yang berada di wilayah DKI Jakarta, Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI)
di Kalimantan Selatan dan beberapa nursery-nursery yang berada di beberapa
kota-kota besar.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan bahwa bioteknologi sangat
berpengaruh dalam bidang pertanian, khususnya teknik kultur jaringan pada
tanaman anggrek. Kultur jaringan merupakan teknik pembudidayaan tanaman atau
teknik memperbanyak tanaman secara aseptik tanpa harus merubah atau
menghilangkan sifat asli dari tanaman induknya. Namun, teknik ini membutuhkan
biaya yang relatif besar untuk pengadaan laboratorium dan juga membutuhkan
keahlian khusus.
Teknik kultur jaringan termasuk salah satu upaya untuk melestarikan
anggrek. Dengan teknik kultur jaringan, masyarakat dapat melestarikan atau
membudidayakan tanaman anggrek dengan cara cepat dan menghemat waktu untuk
memperoleh jenis tanaman anggrek yang ingin dibudidayakan dalam skala yang
besar atau banyak. Upaya menjaga dan melestarikan tanaman anggrek juga bisa
kita lakukan dengan lebih mengenal dan memanfaatkannya dengan baik.
3.2.
Saran
Anggrek
merupakan salah satu asset bangsa yang tidak ternilai harganya. Untuk itu sudah
selayaknya kita menjaga dan melestarikannya. salah satu penyebab teknologi
kultur jaringan menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya
persepsi bahwa diperlukan investasi yang ‘sangat mahal’ untuk membangun sebuah
lab kultur jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan. Alangkah
baiknya apabila kita bisa memodifikasi peralatan dan bahan yang digunakan,
sehingga sangat dimungkinkan kultur jaringan seperti ‘home industri’. Hal
ini dapat dilihat pada kelompok petani ‘pengkultur biji anggrek’ di Malang yang
telah sedemikian banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Media Kultur Jaringan Anggrek
Astarini, Ida Ayu. 2010. Kultur Jaringan Angrek.
Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) Jakarta, 2007 Adaptasi Teknologi Pembibitan Anggrek Secara Kultur Jaringan.
Trenggono, Ardhanariswari Dan Ni Made Armini Wiendi.
2011. Induksi Pembungaan Secara In Viro Pada Tanaman Anggrek Cymbidium Varietas
Lovely Angel( In Vitro Flower Induction Of Orchid Cymbidium Var.
Lovely Angel). Makalah Seminar Program Studi Hortikultura. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
lolok
BalasHapusSayang gambarnya ga bisa di liat
BalasHapuscara melihat gambarnya bagaimana ya min
BalasHapus