BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
secara Terpadu (PHT) memiliki arti penting dalam mendukung adanya pertanian
berkelanjutan. Hal ini dikarenakan konsep dalam PHT selaras dengan konsep dalam
Pertanian Berkelanjutan. Disamping itu, PHT dan Pertanian Berkelanjutan
merupakan suatu kebijakan pemerintah yang disahkan dalam Undang-Undang. Adapun
Landasan hukum dan dasar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman adalah
Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan
Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Keputusan Menteri
Pertanian No. 887/Kpts/ OT/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHT)
atau Integrated Pest Management (IPM)
merupakan komponen integral dari Sistem Pertanian Berkelanjutan. PHT bertujuan
tidak hanya mengendalikan populasi hama tetapi juga meningkatkan produksi dan
kualitas produksi serta meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani. Cara
dan metode yang digunakan adalah dengan memadukan teknik-teknik pengendalian
hama secara kompatibel serta tidak membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup.
Pengendalian
Hama dan Penyakit Terpadu merupakan suatu pendekatan ekologi yang bersifat
multidisiplin untuk pengelolaan populasi hama dengan memanfaatkan beranekaragam
teknik pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi
pengelolaan (Smith, 1978). Sedangkan menurut Bottrell 1979, PHT adalah
pemilihan secara cerdik dari penggunaan tindakan pengendalian hama, yang dapat
menjamain hasil yang menguntungkan dilihat dari segi ekonomi, ekologi, dan
sosiologi.
PHT memiliki tujuan mengendalikan populasi hama
agar tetap berada dibawah ambang yang tidak merugikan secara ekonomi. Strategi
PHT bukanlah eradikasi melainkan pembatasan. Pengendalian hama dengan PHT
disebut pengendalian secara multilateral, yaitu menggunakan semua metode
atau teknik yang dikenal dan penerapannya tidak menimbulkan kerusakan
lingkungan yang merugikan bagi hewan, manusia, dan makhluk hidup laninya baik
sekarang maupun pada masa yang akan datang.
Konsep PHT tidak tergantung pada teknik
pengendalian hama dan pengelolaan eksosistem tertentu tetapi PHT tergantung
pada keberdayaan atau kemandirian petani dalam mengambil keputusan. Dalam mengembangkan
sistem PHT didasarkan pada keadaan agroekosistem setempat. Sehingga
pengembangan PHT pada suatu daerah boleh jadi berbeda dengan pengembangan di
daerah lain. Sistem PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem dan sosial
ekonomi masyarakat petani setempat.
1.2. Tujuan Penulisan
·
Mengenal status
hama yang dikelola, Pengenalannya meliputi perilaku hama, dinamika perkembangan
populasi, tingkat kesukaan makanan, dan tingkat kerusakan yang diakibatkannya.
Dalam suatu agroekosistem, kelompok hama dikategorikan atas hama utama, hama
minor, hama potensil, hama migran, dan bukan hama.
·
Mempelajari komponen
saling ketergantungan dalam ekosistem. Salah satu komponen ekosistem yang perlu
ditelaah dan dipelajari adalah yang mempengaruhi dinamika perkembangan populasi
hama-hama utama. Contohnya adalah menginventarisir musuh-musuh alami, sekaligus
mengetahui potensi musuh alami sebagai pengendali alami. Interaksi berbagai
komponen biotik dan abiotik, dinamika populasi hama dan musuh alami, studi
fenologi tanaman dan hama, studi sebaran hama merupakan komponen yang sangat
diperlukan dalam menetapkan strategi pengendalian hama yang tepat.
·
Penetapan dan
pengembangan Ambang Ekonomi. Ambang ekonomi atau ambang pengendalian merupakan
ketetapan tentang pengambilan keputusan, kapan harus dilaksanakan penggunaan
pestisida sebagi alternatif terakhir pengendalian. Untuk menetapkan ambang
ekonomi dibutuhkan banyak informasi data biologi, ekologi serta ekonomi.
Penetapan kerusakan / kerugian produksi dan hubungannya dengan populasi hama,
analisis biaya dan manfaat penggendalian merupakan bagian yang penting dalam
penetapkan ambang ekonomi.
·
Pengembangan sistem
pengamatan dan monitoring hama. Pengamatan atau monitoring hama secara rutin
dan terorganisasi dengan baik diperlukan untuk mengetahui kepadatan populasi
hama pada suatu waktu dan tempat. Metode pengambilan sampel di lapang dilakukan
secara benar agar data yang diperoleh dapat dipercaya secara statistik.
Disamping itu jaringan dan organisasi monitoring juga perlu dikembangkan agar
dapat menjamin ketepatan dan kecepatan arus informasi dari lapangan ke pihak
pengambil keputusan pengendalian hama.
·
Pengembangan model
diskriptif dan peramalan hama. Pengetahuan akan gejolak populasi hama dan
hubungannya dengan komponen-komponen ekosistem mendorong perlu dikembangkannya
model kuantitatif yang dinamis. Dimana model tersebut menggambarkan gejolak
populasi dan kerusakan yang ditimbulkan pada waktu yang akan datang. Sehingga,
dinamika populasi hama dapat diperkirakan sekaligus dapat memberikan
pertimbangan bagaimana penanganan pengendalian agar tidak sampai terjadi
ledakan populasi yang merugikan secara ekonomi.
·
Pengembangan strategi
pengelolaan hama. Strategi dasar PHT adalah menggunakan taktik pengendalian
ganda dalam suatu kesatuan sistem yang terkoordinasi. Strategi PHT mengusahakan
agar populasi atau kerusakan yang ditimbulkan hama tetap berada dibawah ambang
ekonomi. Adapun beberapa taktik dasar PHT antara lain :
3.3. Lokasi Praktek / Peta Kebun
1.4. Hama Atau Penyakit Yang Di Jumpai
A. Penyakit Tanman karet
1. Jamur
akar Putih
2. sadap
kanker garis
3. sadap
mouldy rot
4. sadap
kering alur sadap
5.
nekrosis kulit
6. jamur
upas
7. gugur
daun collettrichum
8. gugur
daun corynespora
Hama tanaman karet
1. babi
hutan
2. uret
3. rayap
Gulma pada tanaman karet
1.
alang-lang
2. riuh
3. Sambung
rambut
B. Penyakit Pada Tanaman Sawit
1. busuk
pangkal batang kelapa sawit
2. akar
blast disease
Batang
dry basal rot
Hama
tanaman kelapa sawit
1.ulat api
2.tikus
3.landak
4.babi hutan
gulma
tanaman kelapa sawit
1.teki-tekian
2.pakis
3.ilalang
BAB II PENGENALAN
HAMA PENYAKIT
2.1. 4.1. Hama ,Penyakit Dan Gulma Pada
Tanaman Kelapa Sawit
HAMA PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT
1. serangan Ulat Api Pada tanaman kelapa sawit
Ulat api termasuk ke dalam famili Limacodidae, ordo
Lepidoptera (bangsa ngengat). Ulat ini ‘tidak berkaki’ atau apoda, meskipun
jika diperhatikan dengan lebih jeli, di bagian ventral tubuhnya terdapat
bangunan mirip mangkuk pengisap. Salah satu genus ulat api, yaitu Chalcocelis
bertubuh mirip buah kolang-kaling, tanpa satupun duri beracun, berwarna putih
kehijau-hijauan, dan tidak berkaki. Itulah sebabnya, genus ini disebut secara
umum sebagai Ulat Kolang-kaling. Pupa ulat api berbentuk bulat mirip telur,
berwarna coklat tua, dan bertekstur agak keras, dan melekat pada daun. Ngengat
berwarna coklat kusam.
Gejala Serangan
Hama ulat api ini sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan
metabolisme pertumbuhan tanaman kelapa sawitulat api ini memakan daun
Ulat api memiliki banyak inang, salah satu diantaranya
adalah tanaman kelapa sawit. Jenis ulat api yang menyerang kelapa sawit antara lain
Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima, dan Ploneta diducta
namun jenis ulat api yang banyak menyerang tanaman kelapa sawit adalah S.
asigna dan S. nitens.
Cara pengendalian hama ulat api ini ada dua cara
yaitu :
1.
cara kimia : yaitu dengan cara penyemprotan
pestisida metadol dalam penyiraman ini dilihat dari umur tanaman jika tanaman
tinggi maka di pakai cara pengasapan pengasapan di lakukan dari sore hingga
malam, kenapa harus pada sore hari hingga malam karena angina sekitar akan
buyar dan mengurangi pencemara lingkunagan.
2.
cara hayati : yaitu dengan kumbang kepik dan
bunga tunera
Kumbang kepik adalah salah satu cara pengendalian hama ulat
api dan bunga tunera,di TBS sengaja di tanam bunga tunera sengaja di
budidayakan oleh pihak TBS cara penanaman oleh pihak TBS adalah dengan cara di
setiap tanaman depan di beri 5 bunga tunera ini.
3.
Tikus
Tikus adalah binatang yang sangat tidak disukai oleh
manusia, selain menjijikkan ternyata tikus juga telah memberikan kerugian yang
cukup besar bagi perekonomian sumber kehidupan manusia, seperti kebun
kelapa sawit yang saat ini sedang booming karena harganya yang cukup
signifikan
Gejala Serangan
Akabit dari serangan tikus ini adalah menyebabkan mati pada
tanaman karena tikus memakan akar tanaman dan akhirnya tanaman mati.
Cara Pengendalian
1.
kimia : yaitu dengan
penggunaan klerak CIU (terutama Sapindus rarak De Candole, dapat
pula S. mukorossi) atau dikenal juga sebagai rerek atau lamuran
adalah tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional
2.
hayati yaitu dengan
menggunakan burung hantu .
3.
Landak
Landak adalah hewan pengerat
(Rodentia) yang memiliki rambut
yang tebal dan berbentuk duri
tajam. Hewan ini ditemukan di Asia, Afrika, maupun Amerika, dan cenderung
menyebar di kawasan tropika. Landak merupakan hewan pengerat terbesar ketiga
dari segi ukuran tubuh, setelah kapibara dan berang-berang.
Hewan ini agak "membulat" serta tidak terlalu lincah apabila
dibandingkan dengan tikus. Karena rambut durinya, hewan lain yang mirip namun
bukan pengerat, seperti hedgehog dan landak semut
(Echidna), juga dikenali sebagai "landak". Landak secara umum adalah
herbivora, dan menyukai daun, batang, khususnya bagian kulit kayu. Karena hal
inilah banyak landak dianggap sebagai hama tanaman
pertanian.
Meskipun demikian, orang juga menjadikan landak sebagai salah satu bahan pangan[1]. Sate landak
merupakan salah satu menu khas dari Kabupaten Karanganyar
Gejala serangan
Gejala serangannya ditunjukkan dengan rusaknya tanaman yang
muda karena tercabut dari lubang tanamnya. Dengan kukunya yang tajam, landak
akan menggali pangkal batang dan merusak bonggol perakaran. Akibatnya tanaman
sawit muda akan tercabut dari lubang tanam dan mati
Pengendalian
Pengendalian
hama landak Ini adalah dengan menggunakan jarring yang di pagarka di sekeliling
tanaman kelapa sawit sehingga apabila landak ini dekat akan tersangkut oleh
jarum2 bulu landak.dan selain dengan jarring juga bisa di gunakan dengan cara
berburu, dan menggunakan jasa burung hantu.
4.
Babi
Babi hutan merupakan jenis hama
mammalia penting pada perkebunan kelapa sawit. Sebenarnya satwa ini bukanlah
merupakan penghuni tetap pada ekosistim perkebunan kelapa sawit. Kerusakan yang
ditimbulkannya pada kelapa sawit hanya merupakan efek sekunder dari
kehadirannya pada kebun sawit. Mereka adalah salah satu penghuni tetap hutan.
Habitatnya meliputi kisaran geografis yang sangat beragam, pada hampir semua
ekosistim, mulai dari padang alang-alang, semak belukar, hutan sekunder, hutan
payau, hingga hutan pegunungan.
Gejala Yang Di Timbulkan
Babi hutan terutama menyerang tanaman
kelapa sawit yang masih muda atau yang baru ditanam, karena mereka menyukai
umbutnya yang lunak. Timbulnya serangan babi hutan pada tanaman kelapa sawit
tidak semata-mata karena populasinya yang tinggi di habitatnya dalam hutan yang
berdekatan, tetapi erat hubungannya dengan sifat satwa liar ini yang rakus.
Selain memakan umbut mereka juga memakan buah sawit yang sudah membrondol di
tanah, dan tandan buah di pohon yang masih terjangkau. Dilaporkan bahwa
kematian tanaman muda akibat serangan babi hutan di Aceh diperkirakan 15,8%).
Sebagai gambaran kerusakan tanaman kelapa sawit yang diakibatkan serangan babi
hutan di beberapa daerah pengembangan disajikan pada Tabel 1. Selain itu,
serangannya juga menyebabkan kerusakan pada perakaran terutama terhadap
akar-akar makan (feeding roots) di sekitar piringan pohon, sehingga
dapat menghambat penyerapan air dan hara dari tanah dan mendorong timbulnya
penyakit akar.
Pengendalian
Upaya melindungi tanaman kelapa sawit terhadap serangan
babi adalah dengan menghalau babi sehingga tidak memasuki areal perkebunan. Hal
ini dapat dilakukan dengan beberapa sebagai berikut:
a.
Menggunakan electric-fence
dengan ketinggian kawat teratas 1,5 m, dengan 4 kawat, sekaligus untuk mencegah
babi hutan. Cara ini efektif jika dibarengi dengan membuat barier
terbuka tanpa pohon selebar 7,5 – 10 m antara kawat dan tepi hutan, mengikuti
sepanjang jalur kawat. Listrik dengan tegangan 50 – 100 volt diaktifkan mulai
jam 17.00 hingga 06.00. Cara ini cukup efektif menghalau gajah dan babi hutan
di kebun percobaan PPKS di Padang Mandarsah.
b.
Membangun parit
isolasi selebar 3 m dan dalamnya 2,5 m di sepanjang perbatasan areal kebun
dengan hutan. Tanah galian ditempatkan di bagian dalam kebun. Kegiatan ini
dapat dilakukan menggunakan alat berat seperti back hoe atau ekskavator.
Hasil yang lebih baik jika cara ini dikombinasikan dengan cara a di atas
GULMA PADA TANAMAN SAWIT
1.
Teki Ladang
Teki
ladang atau Cyperus rotundus adalah
gulma pertanian
yang biasa dijumpai di lahan
terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah
jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan
mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit
dikendalikan. Ia membentuk umbi
(sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai
kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30
cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air
cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.
Gejala
Gejala yang di timbulkan oleh Kelompok ini memiliki daya
tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang
di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini
menjalankan jalur fotosintesis C4
yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara
cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segitiga
membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang
dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun,
dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini gila sekali
Pengendalian
Pengendalian
denghan cara penyemprotan pektisida.
2.
Pakis
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan)
adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta,
memiliki pembuluh kayu dan pembuluh tapis)
tetapi tidak menghasilkan biji
untuk reproduksi
seksualnya. Alih-alih
biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya,
sama seperti lumut dan fungi.
Gejala
Gejala
yang di timbulkan oleh pakis spesifiknya tidak terlihat. Hanay sekedar gulma
pegganggu dan tidak merugikan
Pengendalian
Pengendalian
gulma pakis ini dengan cara pengikisan dan pembersihan pada saat pemanenan yang
dilakukan oleh pekerja.
3.
ilalang
Pokok
Lalang merupakan sejenis tumbuhan yang terdapat di hutan
Malaysia. Pokok ini juga terdapat di
negara-negara tropika dan kawasan serdahana lain termasuk ASEAN.
Nama botani pokok Keladan adalah Imperata cylindrica.Lalang
dianggap salah satu rumpai. Lalang mudah membiak melalui benih yang
ditiup angin, melalui keratan rizom.Bagaimanapun lalang
mempunyai kepentingan tertentu. Lalang merupakan sejenis pokok perintis yang
akan mengkoloni tanah yang diterangkan dari pokok lain dengan pantas. Ini
membantu mengurangkan hakisan tanah.
Tanah dan galian yang terdedah akibat kehilangan tumbuhan penutup bumi
yang asal, dapat digantikan dengan lalang. Ia menghalang air dari hujan lebat
menghanyutkan ia tanah tersebut ke tempat lain.Dengan itu lalang dapat membantu
mengurangkan hakisan tanah dan pada masa yang sama lalang membantu mengekalkan
kesuburan tanah
gejala
gejala
yang tanpak pada ilalang ini adalah tertutupnya tanaman yg kita tanam dan
terhambatnya perkembangan akar tanaman dan bisa mendatangkan hama lain .
Pengendalian
Pengendalian
ilalang ini adalah dengan di tebasa dan di beri pektisida dan penebasan di
lakukan dengan secara menyeluruh,
PENYAKIT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
1.
P enyakit Busuk Pangkal Batang
Kelapa Sawit
Pengenalan
dan Penanggulangan Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma) pada Tanaman
Kelapa Sawit. Penyakit ini merupakan penyakit terpenting di perkebunan kelapa
sawit Indonesia. Pada areal yang terserang, setiap tahun 1-2 persen tanaman
kelapa akan mati. Di areal pertanaman kelapa sawit generasi pertama atau kedua
tingkat serangan akan lebih tinggi dan lebih cepat. Serangan berat dapat
mengakibatkan populasi tanaman yang berumur kurang dari 15 tahun hingga 20-30
persen.
*Penyebab
Penyakit
Penyakit Busuk
Pangkal Batang Kelapa Sawit disebabkan oleh jamur patogen Ganoderma boninense.
Gejala Serangan
Gejala Serangan
, gejala awal beberapa pelepah daun yang berada di pucuk berwarna pucat seperti
kekurangan unsur hara . Gejala Lanjut: 1. Daun mengalami nekrosis dimulai dari
daun tua kemudian ke daun yang lebih muda 2. Pelepah daun akan patah dan
menggantung. Dan pupus (pelepah daun muda) tidak bisa membuka dan terkumpul
lebih banyak dari biasanya (lebih dari 3 pelepah) 3. 6-12 bulan kemudian
tanaman akan mati 4. Penampang batang yang terserang berwarna coklat muda
dengan garis seperti pita yang disebut daerah/zona reaksi yaitu tempat
berkumpulnya gum Bahan buah /Fruting bodies/ terbentuk pada bagian bawah batang
atau pada akar yang sakit biasanya badan buah ini muncul ketika tanaman sudah
mati atau rubuh. Tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit busuk pangkal
batang tampak daunnya menguning dan layu kemudian pelepahnya terkulai ke tanah
yang dimulai pada pelepah daun yang tua.
Penanggulangan Penyakit
1. Membersihkan
sumber infeksi sebelum penanaman di bekas areal kelapa dan kelapa sawit, lahan
harus benar-benar bersih dari tunggul kelapa dan kelapa sawit
2. Mencegah
penularan penyakit dalam kebun a. Pohon yang sudah menunjukkan gejala sakit
pada daun umumnya tidak dapat ditolong lagi, maka dianjurkan agar pohon
tersebut diracun, kemudian ditebang. Tunggul dan akar-akarnya digali dalam
radius 60 cm b. Bila ditemukan pohon dengan gejala serangan awal, dapat
dilakukan pembelahan surgery. Bagian yang membusuk diambil kemudian luka
tersebut ditutup dengan penutup luka (protectant) misalnya ter, arang.
3. Melakukan
pengamatan rutin 1-3 kali setahun oleh orang yang telah berpengalaman. Adanya
pembusukan di dalam batang dapat dideteksi dengan memukul-mukul pangkal batang
4. Pengendalian
secara Kultur Teknis. Untuk menghindari infeksi (Ganoderma) sp dilakukan
pembuatan lubang tanam besar (big hole) berukuran 3 x 3 x 0,8 m.
5. Pengendalian
secara Hayati. Dapat dilakukan dengan melakukan aplikasi Trichoderma spp atau
Gliocladium sp.
6. Pengendalian
secara Kimiawi. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif
triadimenol dan Triademorph 10-20 cc untuk menahan perkembangan penyakit
1. Penyakit akar Blast disease
Penyebab
: cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp.
Gejala
serangan :
Bila menyerang pesemaian dapat menyebabkan kematian bibit
secara mendadak.
Bila menyerang tanaman dewasa akan menyebabkan daun menjadi
layu, kemudian tanaman mati.
Kalau perakaran tanaman dilihat, tampak adanya pembusukan
pada akar.
Pengendalian
:
Pembuatan pesemaian yang baik agar pertumbuhan bibit sehat
dan kuat.
Pemberian air
irigasi pada musim kemarau dapat mencegah terjadinya gangguan penyakit ini.
Penyakit garis kuning pada dauN
Penyebab
: cendawan Fusarium oxysporum
Gejala
serangan :
Infeksi penyakit sudah terjadi pada saat daun
belum membuka.
Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan
oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat tempat konidiofora.
Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.
Pengendalian
: Menanam bibit yang bebas dari infeksi
penyakit ini.
Penyakit
batang dry basal rot.
Penyebab
: cendawan Ceratocyctis paradoxa.
Gejala
serangan :
Tandan buah yang sedang berbunga mengalami pembusukan.
Pelepahnya mudah patah, tetapi daun tetap berwarna hijau
untuk beberapa saat, meskipun pada akhirnya akan membusuk dan mongering.
Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan karena
terjadinya pembusukan (busuk kering) pada pangkal batang.
Pengendalian
: Menanam bibit yang bebas dari infeksi
penyakit ini.
2.2. Hama,Penyakit, dan gulma Pada Tanaman
Karet
TEHNIK
PENGENALAN PHT TANAMAN KARET
Penyakit Jamur Akar Putih
Gejala Serangan
Penyakit Jamur Akar Putih
Gejala Serangan
·
Mati mendadak seperti
tersiram air panas pada musim hujan
·
Terbentuk buah lebih
awal pada tanaman muda yang seharusnya belum cukup waktunya berbuah dan
bertajuk tipis
·
Daun berwarna hijau
gelap kusam dan keriput, permukaan daun menelungkup
·
Apabila perakaran dibuka
maka pada permukaan akar terdapat semacam benangbenang
berwarna putih kekuningan menempel dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas
berwarna putih kekuningan menempel dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas
·
Gejala lanjut akar
membusuk, lunak dan berwarna coklat Penyebab: Jamur Rigidoporus lignosus atau
R. micropus
Penyakit
Bidang Sadap Kanker Garis
Gejala Serangan
Gejala Serangan
·
Adanya selaput tipis
berwarna putih kelabu dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap, apabila
dikerok diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak, berwarna coklat atau
hitam
·
Garis-garis ini
berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur hitam yang terlihat
seperti retak-retak membujur pada kulit pulihan
·
Terdapat
benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga
sangat mempersulit penyadapan berikutnya
·
Gejala lanjut lateks
yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk
Penyebab:
Phytophthora palmivora
Penyakit
Bidang Sadap Mouldy Rot
Gejala serangan
Gejala serangan
·
Adanya lapisan beledru
berwarna putih kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila lapusan dikerok, tampak
bintik-bintik berwarna coklat kehitaman
·
Serangan bisa meluas
sampai ke kambium dan bagian kayu
·
Pada serangan berat
bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecoklatan sehingga sangat mengganggu
pemulihan kulit
·
Bekas serangan
membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas
bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak
bisa lagi disadap.
Penyakit
Bidang Sadap Kering Alur Sadap
Gejala serangan
Gejala serangan
·
Tanaman tampak sehat
dan pertumbuah tajuk lebih baik dibandingkan tanaman normal
·
Tidak keluar lateks di
sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian keseluruhan alur sadap ini kering
dan tidak mengeluarkan lateks
·
Lateks menjadi encer
dan kadar karet kering (K3) berkurang
·
Kekeringan menjalar
sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya
·
Bagian yang kering
akan berubah warnanya menjadi coklat dan kadang-kadang terbentuk gum (blendok)
·
Pada gejala lanjut
seluruh panel/kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas
Penyebab: ketidakseimbangan fisiologis dan penyadapan yang berlebihan
Penyebab: ketidakseimbangan fisiologis dan penyadapan yang berlebihan
Penyakit
Batang : Nekrosis Kulit
Gejala serangan
Gejala serangan
·
Timbul bercak coklat
kehitaman seperti memar pada permukaan kulit dan dapat timbul mulai dari kaki
gajah sampai di percabangan
·
Bercak membesar,
bergabung satu sama lain, basah dan akhirnya seluruh kulit batang dan cabang
membusuk
·
Penyakit berkembang
pada lapisan kulit sebelah dalam dan merusak lapisan kambium bahkan sampai ke
lapisan kayu
·
Serangan lanjut kulit
pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks pecah
Penyebab: Jamur Fusarium solani, berasosiasi dengan Botrydiplodia sp
Penyebab: Jamur Fusarium solani, berasosiasi dengan Botrydiplodia sp
Penyakit
Batang : Jamur Upas
Gejala serangan
Gejala serangan
·
Stadium Laba-Laba:
Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih
seperti sutera mirip sarang laba-laba
·
Stadium Bongkol:
Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba
·
Stadium Kortisium:
Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benang-benang jamur berwarna merah muda.
Jamur telah masuk ke jaringan kayu
·
Stadium Nekator: Jamur
membentuk lapisan tebal hitam yang terdiri dari jaringan kulit yang membusuk
dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di permukaan
bidang yang terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan
mati serta mudah patah
Penyebab: Jamur Cortisium salmonicolor
Penyebab: Jamur Cortisium salmonicolor
Penyakit
Daun: Embun Tepung Oidium
Gejala serangan
Gejala serangan
·
adanya bercak yang
tembus cahaya/translucens dan di bawah permukaan daun
terdapat bunder berwarna putih
Penyebab: jamur Oidium sp
terdapat bunder berwarna putih
Penyebab: jamur Oidium sp
Penyakit
Daun: Gugur Daun Colletotrichum
Gejala serangan
Gejala serangan
·
adanya bercak coklat
kehitaman, tepi daun menggulung. Pada daun umur lebih
dari 10 hari terdapat bercak coklat dengan halo warna kuning selanjutnya bercak
tersebut berlubang
Penyebab: jamur Colletotrichum sp
dari 10 hari terdapat bercak coklat dengan halo warna kuning selanjutnya bercak
tersebut berlubang
Penyebab: jamur Colletotrichum sp
Penyakit
Daun: Gugur Daun Corynespora
Gejala serangan
Gejala serangan
·
adanya guratan
menyerupai tulang ikan sejajar pada urat daun
Penyebab: jamur Corynespora sp
Penyebab: jamur Corynespora sp
Hama
rayap
Gejala Serangan
Gejala Serangan
·
Adanya gerekan pada
batang dari ujung sampai ke akar dan memakan akar
·
Biasanya pada kebun
yang terserang JAP akan diiringi dengan serangan rayap
sehingga mempercepat matinya tanaman
Penyebab
- Microtermes inopiratus
- Coptotermes convignathus
sehingga mempercepat matinya tanaman
Penyebab
- Microtermes inopiratus
- Coptotermes convignathus
Hama Babi
Hutan
Gejala Serangan
Gejala Serangan
·
Tanaman muda tiba-tiba
tumbang
·
Perakaran rusak, daun
menjadi layu dan kering
Penyebab
Sub barbatus, Sus scrofa vittatus
Penyebab
Sub barbatus, Sus scrofa vittatus
Hama:
Uret
Gejala Serangan
Tanaman yang terserang berwarna kuning, layu dan akhirnya mati
Penyebab
Uret tanah Helotrichia serrata, H. sufoflava, H. fessa, Anomala varians, Leucophalis sp
dan Exopholis sp
GULMA
Gulma yang sering dijumpai di kebun karet adalah alang-alang (Imperata cylindrica), Ki
Rinyuh (Chromolaena odorata), dan Sembung Rambat (Mikania micrantha)
Gulma dapat menyebabkan:
- Penurunan hasil
- Penurunan kualitas hasil
- Mempersulit pelaksanaan kegiatan pemeliharaan/panen
- Menjadi inang bagi OPT
- Tertundanya masa panen (sadap)
PENGAMATAN PHT TANAMAN KARET
Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT dalam sistem PHT adalah kegiatan yang meliputi pemantauan dan pengamatan, pengambilan keputusan dan tindakan pengendalian.
Pemantauan adalah kegiatan mengamati dan mengawasi keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor yang mempengaruhi secara berkala/teratur pada tempat/wilayah tertentu. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas atau petani yang terpilih sebagai sampel (unit contoh) pada kantong-kantong serangan OPT di sentra produksi komoditi utama.
Tujuannya adalah untuk mengetahui keberadaan OPT sasaran sehingga dapat ditetapkan
(diramalkan) kerapatan populasi sebaran dan dinamikanya/gejala OPT sasaran pada
kesehatan yang paling dini, sebagai dasar pengambilan keputusan (Early Warning
System). Data pemantauan dapat juga digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan
pengendalian yang telah dilakukan.
Pengamatan adalah kegiatan penghitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor lingkungan yang mempengaruhi pada waktu dan tempat tertentu. Pengamatan dilakukan oleh petani di areal kebunnya untuk memperoleh data sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya tindakan pengendalian yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip PHT pada kesempatan paling dini.
Pengamatan dilakukan secara rutin setiap minggu atau bulan sesuai dengan fase rentan
tanaman/saat mulai munculnya gejala serangan.
Obyek Pengamatan
Obyek-obyek pengamatan yang harus diamati pada tanaman karet meliputi gejala serangan, penyebab, umur tanaman, persentase tanaman terserang, intensitas serangan, populasi OPT per unit contoh, jumlah populasi serangga berguna per unit contoh, organisme lain yang ditemukan, data pendukung (suhu, kelembaban, curah hujan, hari hujan, dan sebagainya).
Pengambilan Contoh
Untuk setiap lokasi diambil 10 pohon contoh secara diagonal dan dianggap mewakili kondisi kebun tersebut. Pohon contoh ada yang tetap dan tidak tetap (selalu berpindah). Pohon contoh tetap biasanya digunakan untuk mengamati perkembangan penyakit dan diamati secara rutin setiap kali pengamatan agar diperoleh data yang dikehendaki. Sedangkan pohon contoh tidak tetap digunakan untuk mengetahui ada tidaknya OPT yang menyerang tanaman (status OPT). Untuk petani dengan luas kepemilikan kebun yang terbatas sebaiknya mengamati seluruh tanamannya dengan melakukan sensus tanaman. Setiap pengamataan dilakukan pencatatan dan analisis hasil pengamatan untuk mengetahui intensitas serangan.
Intensitas Serangan
Intensitas serangan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kerusakan tanaman akibat
serangan OPT.
Penentuan intensitas serangan OPT didasarkan pada:
- Kepadatan populasi
- Derajat kerusakan tanaman yang ditentukan dengan skoring (berat ringannya
kerusakan)
Secara umum tingkat serangan digolongkan menjadi:
Berat : Nyata diatas ambang rasa/kendali
Ringan : Nyata di bawah ambang ras/kendali
Intensitas serangan = (jumlah tanaman terserang/jumlah tanaman yang diamati) x 100 %
Gejala Serangan
Tanaman yang terserang berwarna kuning, layu dan akhirnya mati
Penyebab
Uret tanah Helotrichia serrata, H. sufoflava, H. fessa, Anomala varians, Leucophalis sp
dan Exopholis sp
GULMA
Gulma yang sering dijumpai di kebun karet adalah alang-alang (Imperata cylindrica), Ki
Rinyuh (Chromolaena odorata), dan Sembung Rambat (Mikania micrantha)
Gulma dapat menyebabkan:
- Penurunan hasil
- Penurunan kualitas hasil
- Mempersulit pelaksanaan kegiatan pemeliharaan/panen
- Menjadi inang bagi OPT
- Tertundanya masa panen (sadap)
PENGAMATAN PHT TANAMAN KARET
Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT dalam sistem PHT adalah kegiatan yang meliputi pemantauan dan pengamatan, pengambilan keputusan dan tindakan pengendalian.
Pemantauan adalah kegiatan mengamati dan mengawasi keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor yang mempengaruhi secara berkala/teratur pada tempat/wilayah tertentu. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas atau petani yang terpilih sebagai sampel (unit contoh) pada kantong-kantong serangan OPT di sentra produksi komoditi utama.
Tujuannya adalah untuk mengetahui keberadaan OPT sasaran sehingga dapat ditetapkan
(diramalkan) kerapatan populasi sebaran dan dinamikanya/gejala OPT sasaran pada
kesehatan yang paling dini, sebagai dasar pengambilan keputusan (Early Warning
System). Data pemantauan dapat juga digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan
pengendalian yang telah dilakukan.
Pengamatan adalah kegiatan penghitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor lingkungan yang mempengaruhi pada waktu dan tempat tertentu. Pengamatan dilakukan oleh petani di areal kebunnya untuk memperoleh data sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya tindakan pengendalian yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip PHT pada kesempatan paling dini.
Pengamatan dilakukan secara rutin setiap minggu atau bulan sesuai dengan fase rentan
tanaman/saat mulai munculnya gejala serangan.
Obyek Pengamatan
Obyek-obyek pengamatan yang harus diamati pada tanaman karet meliputi gejala serangan, penyebab, umur tanaman, persentase tanaman terserang, intensitas serangan, populasi OPT per unit contoh, jumlah populasi serangga berguna per unit contoh, organisme lain yang ditemukan, data pendukung (suhu, kelembaban, curah hujan, hari hujan, dan sebagainya).
Pengambilan Contoh
Untuk setiap lokasi diambil 10 pohon contoh secara diagonal dan dianggap mewakili kondisi kebun tersebut. Pohon contoh ada yang tetap dan tidak tetap (selalu berpindah). Pohon contoh tetap biasanya digunakan untuk mengamati perkembangan penyakit dan diamati secara rutin setiap kali pengamatan agar diperoleh data yang dikehendaki. Sedangkan pohon contoh tidak tetap digunakan untuk mengetahui ada tidaknya OPT yang menyerang tanaman (status OPT). Untuk petani dengan luas kepemilikan kebun yang terbatas sebaiknya mengamati seluruh tanamannya dengan melakukan sensus tanaman. Setiap pengamataan dilakukan pencatatan dan analisis hasil pengamatan untuk mengetahui intensitas serangan.
Intensitas Serangan
Intensitas serangan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kerusakan tanaman akibat
serangan OPT.
Penentuan intensitas serangan OPT didasarkan pada:
- Kepadatan populasi
- Derajat kerusakan tanaman yang ditentukan dengan skoring (berat ringannya
kerusakan)
Secara umum tingkat serangan digolongkan menjadi:
Berat : Nyata diatas ambang rasa/kendali
Ringan : Nyata di bawah ambang ras/kendali
Intensitas serangan = (jumlah tanaman terserang/jumlah tanaman yang diamati) x 100 %
TEHNIK
PENGAMATAN
1. PENYAKIT JAP
1. PENYAKIT JAP
Bagian tanaman yang diamati
Perakaran, daun/tajuk terutama pada tanaman yang dekat dengan tunggul karet atau kebun bertunggul karet
Interval pengamatan
Setiap 3 bulan dimulai sejak tanaman 1-5 tahun terutama pada areal rawan penyakit
Intensitas Serangan
Ringan: benang jamur warna putih baru menempel di permukaan akar, atau kulit akar mulai membusuk karena serangan jamur
Berat: kulit dan kayu akar sudah membusuk karena serangan jamur
2. PENYAKIT BIDANG SADAP : KANKER GARIS
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu dekat dengan permukaan tanah dan kebun yang kelembabannya tinggi
Interval pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap hari sadap selama musim hujan, terutama kebun-kebun yang sering terkena serangan kanker garis
Intensitas Serangan
Ringan: selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap
Berat : lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk
3. PENYAKIT BIDANG SADAP : MOULDY ROT
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu sering dan dalam serta kebun yang mempunyai kelembaban tinggi
Interval pengamatan
1-2 minggu selama musim hujan
Intensitas Serangan
Ringan : lapisan beledru berwarna putih kelabu sejajar dengan alur sadap
Berat: bagian yang sakit membusuk dan berwarna kehitaman
4. PENYAKIT BIDANG SADAP : KERING ALUR SADAP
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu sering dan disertai penggunaan bahan perangsang lateks (ethrel)
Interval pengamatan
Setiap hari sadap terutama pada masa gugur daun
Intensitas Serangan
Ringan : Sebagian alur sadap kering
Berat : semua batang kering dan benjol-benjol
5. PENYAKIT BATANG : NEKROSIS KULIT
Bagian
tanaman yang diamati
Kulit batang dan cabang
Interval pengamatan
Setiap 3 bulan sekali pada waktu peralihan musim kemarau ke musim hujan
Intensitas Serangan
Ringan : bercak coklat seperti memar pada permukaan kulit
Berat : kulit pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks pecah
6. PENYAKIT BATANG : JAMUR UPAS
Kulit batang dan cabang
Interval pengamatan
Setiap 3 bulan sekali pada waktu peralihan musim kemarau ke musim hujan
Intensitas Serangan
Ringan : bercak coklat seperti memar pada permukaan kulit
Berat : kulit pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks pecah
6. PENYAKIT BATANG : JAMUR UPAS
Bagian tanaman yang diamati
Batang, cabang dan ranting pada daerah yang bercurah hujan tinggi
Interval pengamatan
1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir musim hujan terutama daerah yang sering diserang jamur upas dan berkelembaban tinggi
Intensitas Serangan
Ringan : bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera
Berat : Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah
7.
PENYAKIT DAUN
Bagian tanaman yang diamati
Daun pada tunas baru smapai daun menjadi hijau (umur 1-15 hari)
Interval pengamatan
Setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman membentuk tunas baru sampai daun menjadi
hijau. Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel secara diagonal pada setiap lokasi
pengamatan
Intensitas Serangan
Dinyatakan dalam kerapatan tajuk, makin tipis kerapatan tajuk makin berat intensitas
serangannya, yaitu
- kerapatan tajuk 25 - <> 50- 75 % = serangan ringan
8. HAMA : RAYAP
Bagian tanaman yang diamati
Akar sampai ujung daun, pengamatan dilakukan bersamaan dengan pengamatan JAP
9. HAMA : BABI HUTAN
Bagian tanaman yang diamati
Akar, kulit batang, batang dan daun tanaman muda
Pengamatan:
- Dilakukan pada areal pertanaman yang berdekatan dengan hutan atau padang alang-alang
- Pengamatan terutama dilakukan menjelang subuh atau menjelang maghrib
- Apabila ada tumpukan sisa tanaman, ranting atau tumbuhan perlu dicurigai kemungkinan merupakan sarang babi betina yang akan melahirkan.
Interval Pengamatan
Dilakukan 4 bulan sekali
10. HAMA : URET
Bagian tanaman yang diamati
Akar dan bahan organik di sekitar tanaman biasanya menyerang tanaman muda dan di
pembibitan
IV. PENGENDALIAN OPT TANAMAN KARET
Prioritas pengendalian OPT karet diutamakan pada tind akan pencegahan yang dimulai daripemilihan klon unggul dan tahan terhadap OPT sasaran, menjaga kesehatan tanaman dengan mengatur kelembaban kebun, sanitasi, pemupukan dan penyadapan yang bijaksana. Pengendalian lebih diutamakan secara biologi seperti penggunaan jamur Trichoderma sp dan penanaman tanaman antagonis di sekitar tanaman karet, misalnya, lidah mertua, kunyit, lengkuas, sambiloto, kencur, lempuyang untuk pengendalian penyakit JAP.
Pada
pembukaan lahan baru, sebaiknya kebun bersih dari tunggul-tunggul tanaman yang
merupakan sumber infeksi OPT tanaman karet. Untuk pencegahan penyakit yang
menyerang akar sebaiknya digunakan belerang 100 gram/pohon yang dicampur dengan
tanah pengisi lubang tanam bersamaan pada waktu penanaman bibit. Belerang
berfungsi untuk meningkatkan kemasaman tanah. Kondisi tanah yang asam dapat
menghambat perkembangan jamur antagonis terhadap jamur akar tersebut.
TEHNIK PENGENDALIAN
1.
Penyakit Jamur
Akar Putih
Deteksi Dini Penyakit
- Penggunaan mulsa/rumput kering pada leher akar, 2-3 minggu kemudian mulsa diangkat, bila terserang JAP akan nampak benang warna putih menempel pada leher akar
- Dilakukan pada awal dan akhir musim hujan Pengendalian
- Pada serangan ringan, perakaran dibuka kemudian bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar
- Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok, bekas kerokan dan potongan diberi ter dan izal kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida
- Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali
- 6 bulan kemudian diamati dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali
- Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur di luar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun
- Bekas lubang dan 4 tanaman sekitarnya ditaburi dengan 200 gram campuran richoderma sp dengan pupuk kandang 200 gram per lubang atau tanaman
- Pencegahan dengan menanam tanaman antagonis seperti lidah mertua, kunyit, lengkuas dan lain-lain.
Deteksi Dini Penyakit
- Penggunaan mulsa/rumput kering pada leher akar, 2-3 minggu kemudian mulsa diangkat, bila terserang JAP akan nampak benang warna putih menempel pada leher akar
- Dilakukan pada awal dan akhir musim hujan Pengendalian
- Pada serangan ringan, perakaran dibuka kemudian bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar
- Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok, bekas kerokan dan potongan diberi ter dan izal kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida
- Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali
- 6 bulan kemudian diamati dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali
- Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur di luar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun
- Bekas lubang dan 4 tanaman sekitarnya ditaburi dengan 200 gram campuran richoderma sp dengan pupuk kandang 200 gram per lubang atau tanaman
- Pencegahan dengan menanam tanaman antagonis seperti lidah mertua, kunyit, lengkuas dan lain-lain.
2.
Penyakit
Bidang Sadap: Kanker Garis
Pengendalian
- Menanam klon yang tahan yaitu PR 300 dan PR 303
- Jarak tanam tidak terlalu rapat, tanaman penutup tanah yang terlalu lebat
dipangkas
- Pemupukan sesuai dengan dosis anjuran
- Hindari penyadapan terlalu dekat dengan tanah
- Pisau sadap diberi desifektan sebelum digunakan
- Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida dengan kuas di sepanjang jalur 5- 10 cm diatas dan di bawah alur sadap
- Bagian yang membusuk dibersihkan dulu dengan dikerok sampai pada bagian yang masih sehat, baru dioles dengan fungisida
- Pengolesan dilakukan segera setelah penyadapan sebelum lateks membeku
Pengendalian
- Menanam klon yang tahan yaitu PR 300 dan PR 303
- Jarak tanam tidak terlalu rapat, tanaman penutup tanah yang terlalu lebat
dipangkas
- Pemupukan sesuai dengan dosis anjuran
- Hindari penyadapan terlalu dekat dengan tanah
- Pisau sadap diberi desifektan sebelum digunakan
- Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida dengan kuas di sepanjang jalur 5- 10 cm diatas dan di bawah alur sadap
- Bagian yang membusuk dibersihkan dulu dengan dikerok sampai pada bagian yang masih sehat, baru dioles dengan fungisida
- Pengolesan dilakukan segera setelah penyadapan sebelum lateks membeku
3.
Penyakit
Bidang Sadap: Mouldy Rot
Pengendalian
- Tidak menanam klon yang rentan terutama di tempat yang beriklim basah atau rawan penyakit seperti GT 1
- Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan
- Menurunkan intensitas penyadapan dari S2/d2 menjadi S2/d3 atau S2/d4 atau menghentikan penyadapan pada serangan berat
- Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih
- Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm diatas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getak tarik belum dilepas
- Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat
Pengendalian
- Tidak menanam klon yang rentan terutama di tempat yang beriklim basah atau rawan penyakit seperti GT 1
- Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan
- Menurunkan intensitas penyadapan dari S2/d2 menjadi S2/d3 atau S2/d4 atau menghentikan penyadapan pada serangan berat
- Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih
- Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm diatas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getak tarik belum dilepas
- Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat
4.
Penyakit
Bidang Sadap: Kering Alur Sadap
Deteksi Penyakit
Dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai ke bawah
Pengambilan Keputusan
- segera dilakukan pengendalian apabila sebagian alur sadap mengalami kekeringan
- perlu waspada apabila lateks mulai encer
Pengendalian
- Menurunkan intensitas penyadapan pada pohon/kebun yang telah mulai menunjukkan kekeringan alur sadap
- Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan pada musim gugur daun
- Bidang sadap yang mati dan kulit kering bisa dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi oleokimia (Antico F-96, No BB)
- Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit bidang sadap yang sakit kemudian dioles segera setelah pengerokan selesai
- Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa disadap kembali
- Penambahan 160 gram pupuk KCl/pohon/tahun dari dosis anjuran
Deteksi Penyakit
Dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai ke bawah
Pengambilan Keputusan
- segera dilakukan pengendalian apabila sebagian alur sadap mengalami kekeringan
- perlu waspada apabila lateks mulai encer
Pengendalian
- Menurunkan intensitas penyadapan pada pohon/kebun yang telah mulai menunjukkan kekeringan alur sadap
- Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan pada musim gugur daun
- Bidang sadap yang mati dan kulit kering bisa dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi oleokimia (Antico F-96, No BB)
- Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit bidang sadap yang sakit kemudian dioles segera setelah pengerokan selesai
- Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa disadap kembali
- Penambahan 160 gram pupuk KCl/pohon/tahun dari dosis anjuran
5.
Penyakit Batang
: Nekrosis Kulit
Pengendalian
- Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan PB 235 pada daerah rawan penyakit ini
- Pada prinsipnya sama dengan pengendalian penyakit KAS tetapi ditambah dengan fungisida yang telah direkomendasikan
- Sebelum dioles, kerak pada bidang sadap dikerok dulu. Pengolesan 30 cm sampai keadaan atas batang infeksi dan 20 cm sampai ke bawah batas infeksi
- Pada serangan ringan pengolesan cukup sekali saja, tetapi pada serangan berat bisa diulang pada bulan berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan sampai
tanaman sehat
- Batang/cabang tanaman sehat di sekitar tanaman terserang disemprot atau dioles dengan fungisida seminggu sekali untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas
- Batang atau cabang tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan sumber infeksi jamur
Pengendalian
- Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan PB 235 pada daerah rawan penyakit ini
- Pada prinsipnya sama dengan pengendalian penyakit KAS tetapi ditambah dengan fungisida yang telah direkomendasikan
- Sebelum dioles, kerak pada bidang sadap dikerok dulu. Pengolesan 30 cm sampai keadaan atas batang infeksi dan 20 cm sampai ke bawah batas infeksi
- Pada serangan ringan pengolesan cukup sekali saja, tetapi pada serangan berat bisa diulang pada bulan berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan sampai
tanaman sehat
- Batang/cabang tanaman sehat di sekitar tanaman terserang disemprot atau dioles dengan fungisida seminggu sekali untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas
- Batang atau cabang tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan sumber infeksi jamur
6.
Penyakit
Batang : Jamur Upas
Pengambilan Keputusan
Perlu waspada dan segera dikendalikan apabila pada daerah rawan serangan penya jamur
upas terdapat cabang/ranting tanaman yang patah
Pengendalian
- Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261, dan RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
- Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat
- Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan
- Cabang yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles
dengan fungisida Bubur Bordo, Calixin 750 EC atau Antico F-96 hingga 30 cm ke atas dan ke bawah
- Bubur Bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks
- Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas sampai bagian kulit sehat kemudian dioles fungisida hingga 30 cm keatas dan ke bawah dari bagian yang
sakit
Pengambilan Keputusan
Perlu waspada dan segera dikendalikan apabila pada daerah rawan serangan penya jamur
upas terdapat cabang/ranting tanaman yang patah
Pengendalian
- Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261, dan RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
- Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat
- Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan
- Cabang yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles
dengan fungisida Bubur Bordo, Calixin 750 EC atau Antico F-96 hingga 30 cm ke atas dan ke bawah
- Bubur Bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks
- Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas sampai bagian kulit sehat kemudian dioles fungisida hingga 30 cm keatas dan ke bawah dari bagian yang
sakit
7.
Penyakit Daun
Pengendalian
- Menanam klon anjuran yaitu RRIC 100, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, PB 340, PB 330, IRR 104, IRR 5, IRR 32, IRR 118, dan IRR 39.
- Pada serangan ringan diberikan pupuk nitrogen 2 kali dosis anjuran pada saat daun mulai terbentuk. Pemberian pupuk dengan cara dibenamkan dalam tanah agar lebih mudah diserap oleh akar
- Pada serangan berat dikendalikan dengan cara disemprot fungisida kontak yang direkomendasikan, pada saat daun mulai terbentuk smapai dengan daun berwarna hijau dengan interval 1 minggu (umur daun 21 hari)
Pengendalian
- Menanam klon anjuran yaitu RRIC 100, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, PB 340, PB 330, IRR 104, IRR 5, IRR 32, IRR 118, dan IRR 39.
- Pada serangan ringan diberikan pupuk nitrogen 2 kali dosis anjuran pada saat daun mulai terbentuk. Pemberian pupuk dengan cara dibenamkan dalam tanah agar lebih mudah diserap oleh akar
- Pada serangan berat dikendalikan dengan cara disemprot fungisida kontak yang direkomendasikan, pada saat daun mulai terbentuk smapai dengan daun berwarna hijau dengan interval 1 minggu (umur daun 21 hari)
8.
Hama : Rayap
Pencegahan
- Sanitasi areal perkebunan
- Membersihkan tunggul-tunggul tanaman sisa pembukaan lahan baru
- Pada saat peremajaan tanaman, lubang tanam perlu diberi perlakuan anti rayap dengan termitisida cair
Pengendalian
- Membongkar sarang
- Penggunaan agen hayati seperti semut, nematoda Steinernema sp dan Heterorhabditi indica, jamur B. Bassiana dan Metarrhizium spp)
- Penyiraman termitisida di sekitar perakaran (1,5 meter dari batang pohon dibuat parit kemudian disiram termitisida 2,5 – 4 liter per meter
- Pembasmian sarang dengan fumigan atau termitisida cair yang disuntik ke pusat sarang
Pencegahan
- Sanitasi areal perkebunan
- Membersihkan tunggul-tunggul tanaman sisa pembukaan lahan baru
- Pada saat peremajaan tanaman, lubang tanam perlu diberi perlakuan anti rayap dengan termitisida cair
Pengendalian
- Membongkar sarang
- Penggunaan agen hayati seperti semut, nematoda Steinernema sp dan Heterorhabditi indica, jamur B. Bassiana dan Metarrhizium spp)
- Penyiraman termitisida di sekitar perakaran (1,5 meter dari batang pohon dibuat parit kemudian disiram termitisida 2,5 – 4 liter per meter
- Pembasmian sarang dengan fumigan atau termitisida cair yang disuntik ke pusat sarang
9.
Hama : Babi
Hutan
Pengendalian
- Sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap
- Memberi pagar di sekitar areal kebun
- Membuat parit di sekitar areal kebun
- Berburu bersama dengan kelompok pemburu babi misalnya perbakin
- Pemberian umpan beracun, hati-hati jangan sampai racun tersentuh tangan
Pengendalian
- Sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap
- Memberi pagar di sekitar areal kebun
- Membuat parit di sekitar areal kebun
- Berburu bersama dengan kelompok pemburu babi misalnya perbakin
- Pemberian umpan beracun, hati-hati jangan sampai racun tersentuh tangan
10.
Hama : Uret
Pengendalian
Mengumpulkan uret di sekitar tanaman terserang dan dimatikan
Pengendalian
Mengumpulkan uret di sekitar tanaman terserang dan dimatikan
11.
Gulma Penting
Pengendalian
- Penyiangan 0,5-1 meter sekeliling tanaman (piringan) harus bersih dari gulma
- Penanaman tanaman penutup dari jenis kacang-kacangan (Centrosema
Pengendalian
- Penyiangan 0,5-1 meter sekeliling tanaman (piringan) harus bersih dari gulma
- Penanaman tanaman penutup dari jenis kacang-kacangan (Centrosema
BAB III
OPERASIONAL PHT
3.1.
Pemhamatan
Wilayah pengamatan bertempat di daerah sarosa teluk kuantan
kabupaten kauntan singingi di salah satu kebun dosen pengajat OPT .dan priode
pengamatan berlangsung selama 7 jam dan metode pengamatan adalah turun langsung
kelapangan dan berdiskusi antara dosen pembimbing dan mahasiswa. Cara
menentukan pohon yang terserang hama, di dalam praktek ini kami di bagi menjadi
4 kelompok dan menyebar di seluruh kebun dan amati 1 pohon, dalam satu tim
terdiri dari 7-10 orang dan mngamati 1
pohon dan di teliti penyakit,hama dan gulma apa saja yang terserang oleh
tanaman sawit dan karet. Perhitungan persentase dalam serangan hama,penyakit,dan
gulma tidak dapat kami prediksi dengan jelas, jika di lihat dari kebun yang
kami amati perhitungan persentase masi di ambang toleransi , intensitas serangan
, di lihat dari insentsitas rerangan tidak begitu banyak, karena kebun masih di
rawat dan di perlakukan dengan baik, luas serangan serangan yang saya amati lumayan
memakan tempat , di lihat dari kebun tanaman karet yang saya amati hamper dari
setengah perkebunan di jumpaai hama dan penyakit dan di praktek ini kami juga
mengantisipasi deengan memutuskan kontak anatara tanaman yang terserang dengan
yang tidak terserang, batas ambang ekonomi atau ambang tolerassi adalah Ambang ekonomi atau ambang
pengendalian sering juga diistilahkan sebagai ambang toleransi ekonomik. Ambang
ini merupakan ketetapan tentang pengambilan keputusan, kapan harus dilaksanakan
penggunaan pestisida. Apabila ternyata populasi atau kerusakan hama belum
mencapai aras tersebut, penggunaan pestisida masih belum diperlukan.
Untuk menetapkan ambang ekonomi
bukanlah pekerjaan yang gampang. Dibutuhkan banyak informasi, baik data biologi
dan ekologi, serta ekonomi. Penetapan kerusakan hasil dalam hubungannya dengan
populasi hama, merupakan bagian yang penting dalam pengembangan ambang ekonomi.
Demikian juga analisis biaya dan manfaat pengendalian, sangat perlu
diketahui. mbang ekonomi serangan hama dan penyakit adalah batasan-batasan yang
dibuat untuk melakukan tindakan penanggulangan hama dan penyakit tanaman. Jika
serangan hama dan penyakit tersebut tidak melebihi ambang ekonomis maka
tindakan penanggulangan tidak perlu dilakukan. Sedangkan jika serangan hama dan
penyakit tersebut melebihi ambang batas ekonomis tanaman maka perlu dilakukan
kegiatan penanggulangan. Kegiatan penanggulangan
serangan hama dan penyakit tanam harus sesuai dengan konsep perlindungan hama
dan penyakit tanaman. Konsep dan Strategi
penerapan PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang
pengendalian OPT yang didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi
ekonomi dalam rangka pengelolaan agro-ekosistem yang berwawasan lingkungan yang
berkelanjutan. Sebagai sasaran teknologi PHT adalah :
a) produksi pertanian mantap tinggi,
b) Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat,
c) Populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara
ekonomi tidak merugikan dan
d) Pengurangan resiko pencemaran Lingkungan akibat penggunaan
pestisida yang berlebihan (Anonimous, 2004 ).
3.2.
Pengambilan Keputusan
Secara Fisik Mekanik
Pembasmian hama dan penyakit secara
fisik dapat dilakukan melalui:
1.
Pemangkasan lokal
; bagian tanaman yang terserang dipotong atau dipangkas, hasil pangkasan
kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman, lalu dilakukan
pembakaran.
2. Dicabut ; jika tanaman yang diserang dalam ukuran
kecil (umur < 5 tahun atau bibit di persemaian) dan hampir semua bagian
tanaman terserang maka tanaman tersebut di cabut sampai ke akarnya kemudian
dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman lalu di bakar.
3. Ditebang ; jika intensitas
serangan tinggi (hampir semua bagian tanaman diserang >70 % bagian tanaman
diserang) atau sudah sangat parah dan tanaman berumur lebih dari 5 tahun, maka
dilakukan tebangan D2 penyakit. Prosedur penebangan mengikuti prosedur tebangan
yang sudah ada.
4. Dalam kegiatan pemangkasan dan
penebangan harus memperhatikan aspek keselamatan kerja dengan mengacu pada
prosedur kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang sudah ada.
5.
Penghalang
isolasi adalah daya upaya yang dijalankan untuk mencegah penyebaran hama dan
penyakit tanaman berdasarkan peraturan perundang-undangan
6.
Pemberian
abu kayu pada serangan rayap
7.
Perlakuan panas
Pembasmian hama dan
penyakit secara mekanik dapat dilakukan melalui:
1.
Pengambilan
menggunakan tangan. Dapat dilakukan pada jenis hama ulat dan belalang, dengan
intensitas serangan hama dalam skala kecil.
2.
Penangkapan
bersama-sama oleh banyak orang (gropyokan-Jawa) pada hama belalang.
3.
Pemasangan
perangkap antara lain ;
a. Penggunaan lampu perangkap (light trap) untuk
hama penggerek batang pada fase kupu-kupu. Lampu perangkap ini dipasang pada
saat malam hari, peralatan yang diperlukan berupa : kain putih 2 x 1,5 m, lampu
bohlam/neon, dan nampan penampung air. Kupu/ngengat yang diperoleh kemudian
dimusnahkan.
b. Penggunaan perangkap kertas warna (colour trapping)
untuk hama lalat putih. Warna kertas yang digunakan bisa berwarna kuning atau
lainnya yang cerah. Kertas terlebih dahulu diberi lem perekat atau racun tikus
atau ter agar hama terperangkap pada kertas tersebut.
Penggunaan Pestisida
1.
Biopestisida/Pesticida organik
Penggunaan pestisida
organik dapat berupa bakterisida atau insektisida yang disesuaikan dengan jenis
hama dan penyakit dan sesuai dengan dosis yang dianjurkan (sesuai Lampiran buku
petunjuk pengendalian hama dan penyakit). Beberapa contoh tanaman yang bisa
digunakan sebagai pesticida misalnya daun mimbo, mahoni, gadung, tembakau, daun
sirsak dan sebagainya. Atau jika dalam keadaan yang sangat memaksa bisa
menggunakan pestisida kimia dengan catatan penggunaannya harus mengacu pada
prosedur kerja Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang sudah ada.
Contoh-contoh pestisida organik dan cara pembuatannya sesuai Lampiran 3.
2.Pestisida kimia
Penggunaan pesticida
kimia harus diminimalisir. Jika atas pertimbangan ekologi dan social terpaksa
harus menggunakan pesticida kimia, maka pemilihan jenis pestisidanya harus yang
tidak dilarang oleh FSC, WHO maupun peraturan perundangan yang lainnya serta
menggunakan prosedur keamanan dan keselamatan sesuai dengan Lembar data
keselamatan bahan masing-masing (lihat MSDS). Beberapa jenis pesticida kimia
yang beredar di Indonesia terlampir (Lampiran 2). Penggunaan pestisida dalam
pemberantasan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan beberapa cara :
A. Dioleskan/bacok oles; cara ini
digunakan untuk jenis pesticida sistemik, contoh untuk pemberantasan hama
penggerek batang atau penggerek pucuk. Aplikasinya dengan membuat lubang pada
batang dengan paku kemudian cairan insektisida dimasukkan ke lubang atau
melukai kulit batang sampai dengan bagian luar kayu gubal (jaringan sebelah
dalam jaringan kambium), kemudian insektisida dioleskan dengan kuas atau
disemprotkan ke bekas bacokan. Selanjutnya insektisida akan diangkut melalui jaringan
gubal ke bagian batang atas.
B. Ditabur pada tanah atau di campur
dengan media tanam atau media semai. Cara ini digunakan untuk jenis pestisida
berwujud granular (kode G dalam kemasan).
C. Disemprot langsung pada target
hama/penyakit. Cara ini digunakan untuk jenis pestisida racun kontak atau racun
lambung yang memiliki kode SC, WP, EC.
D. Fumigasi; cara ini digunakan untuk jenis-jenis
pestisida fumigan. Contohnya untuk memberantas oleng-oleng dalam fase larva.
Caranya dengan memasukan insektisida fumigan pada lubang gerek kemudian lubang
ditutup malam. Cara
penggunaan bergantung jenis hama yang menyerang dan kondisi tanaman yang
diserang.
Musuh Alami
Penggunaan musuh alami
dengan pengendalian biologis yaitu penggunaan serangga atau bakteri dalam
pengendalian hama secara innundative (pelepasan musuh alami secara
berulang dengan jenis lokal) dan klasikal (pelepasan musuh alami secara
tidak berulang dengan jenis eksotik). Musuh alami kita pilih musuh alami yang
paling dekat dengan target hama, kita pilih yang terbatas/lebih sedikit
sehingga tidak akan menyerang di luar target. Penggunaan musuh alami harus
mengacu pada aturan penggunaan kontrol biologi.
3.3.
Operasional Pengendalian
Pembasmian hama dan penyakit secara
fisik dapat dilakukan melalui:
1.
Pemangkasan lokal
; bagian tanaman yang terserang dipotong atau dipangkas, hasil pangkasan
kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman, lalu dilakukan
pembakaran.
2. Dicabut ; jika tanaman yang diserang dalam ukuran
kecil (umur < 5 tahun atau bibit di persemaian) dan hampir semua bagian
tanaman terserang maka tanaman tersebut di cabut sampai ke akarnya kemudian
dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman lalu di bakar.
3. Ditebang ; jika intensitas
serangan tinggi (hampir semua bagian tanaman diserang >70 % bagian tanaman
diserang) atau sudah sangat parah dan tanaman berumur lebih dari 5 tahun, maka
dilakukan tebangan D2 penyakit. Prosedur penebangan mengikuti prosedur tebangan
yang sudah ada.
4. Dalam kegiatan pemangkasan dan
penebangan harus memperhatikan aspek keselamatan kerja dengan mengacu pada
prosedur kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang sudah ada.
BAB IV EVALUASI
Evaluasi pengendalian OPT lada Di Desa Sarosa teluk kuantan dilakukan dengan teknik survei. Survei
difokuskan pada sentra-sentra sawit dan tanaman karet di kecamatan dan desa sarosa. Metode survei yang
dilakukan adalah dengan terjun langsung ke lapangan bertanya langsung dengan
pemilik kebun dan berkunjung langsung ke
kebun petani yang disurvei. Pelaksanaan survei dimulai pada Bulan Januari 2014.
Hasil survei dicatat dalam formulir data atau kuisioner yang telah disediakan.
Survei melibatkan petugas pengamat OPT/penyuluh setempat yang terdapat di petugas perlindungan tanaman di Propinsi
Bangka Belitung. Hasil pengumpulan data dalam kuisioner tersebut kemudian
direkapitulasi sehingga dihasilkan rekaman keadaan kebun lada yang ada di
setiap kabupaten kuantan singingi
Setelah di lakukan evalusi di
lapangan di dapatkan hama dan penyakit tentunya akan berkurang dengan ketentuan
daur hidup dari yang kami amati, dengan berkurangnya polusi hama maka
perkembangan serangan akan tidak ada lagi.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktek yang kami lakukan adalah
1.
tanaman karet dari
tanaman yang kami amati di lapangan maka diminan tanaman karet di kebun tersebut
terkena penyakit akar putuih dan di kendalikan dengan memutuskan hubungan
antara tanaman yang terkena penyakit akar putih dengan membuat saluran seperti
irigasi seperti hurup L.
2.
tanaman sawit dari
tanaman yang kami amati hama ulat api lebih dominant terdapat di kelapa sawit
dan itu hamper semua tanaman kelapa sawit selalu ada ulat apinya,
3.
penyakit pada tanaman
kelapa sawit tidak banyak terlihat.
4.
gulma di pohon kelapa
sawit yang kami amati umumnya tidaj menggangu terkadang gula adalah juga inang
dari hama itu sendiri
5.
dan kami juga menemui
laba-laba, laba-laba termasuk kedalam predator dan tidak merusak pada tanaman
kelapa sawit
5.2. Saran
Saran yang
saya sampaikan dalam prakatek kali ini adalah kehadir
1. Penelitian
masih terbatas pada komponen pengendalian, belum mencakup penelitian dasar
karena dianggap belum merupakan prioritas jangka pendek,Penelitian yang
dilakukan masih terbatas pada satu disiplin ilmu, belum bersifat multidisiplin,
bukan saja perlindungan tanaman, tetapi juga ekonomi, sosiologi, komunikasi,
manajemen, dan lainnya,
2. Belum ada koordinasi dan kerangka dasar yang
menyatukan kegiatan- kegiatan penelitian guna penerapan dan pengembangan PHT,
baik antarlembaga penelitian maupun antarpeneliti,
3. Adanya
ketidakseimbangan sebaran tenaga peneliti, fasilitas, dan dana penelitian
antara lembaga-lembaga penelitian yang menangani kelompok atau jenis tanaman
tertentu
DAFTAR PUSTAKA
Dosen Pembimbing H. Yurdanis
Meli aprilah ( mahasiswa)
LAPIRAN
Waahh... kalau hamanya landak hutan malah bisa jadi rejwki tambahan bro.. didalam perut / lambung landak yang sudah sangat tua.. kadang kadang ada endapan makanan menyerupai batu... saya berani beli mahal... kontak saya hp/wa 081327332242 bbm 2BA50FFF lokasi saya purbalingga jawa tengah
BalasHapusWaahh... kalau hamanya landak hutan malah bisa jadi rejwki tambahan bro.. didalam perut / lambung landak yang sudah sangat tua.. kadang kadang ada endapan makanan menyerupai batu... saya berani beli mahal... kontak saya hp/wa 081327332242 bbm 2BA50FFF lokasi saya purbalingga jawa tengah
BalasHapus